A. PENDAHULUAN
a.1. Latar Belakang
Pengertian mortar adalah
bahan yang digunakan untuk konstruksi bangungan yang terdiri dari campuran
antara semen dan agregat halus. Campuran antara semen dan agregat ini
menggunakan perabandingan tertentu sehingga daya tahan mortal terhadap tekanan
maupun tarikan akan semakin tinggi atau maksimal.
Penggunaan mortar
sendiri memiliki keunggulan sebagai berikut :
a.
Konsistensi Karena diproduksi masal dan juga dengan alat modern dan oleh pabrikan,
maka konsistensi bahan bakunya cukup seragam. Kita tidak perlu pusing lagi akan
stabilitasnya.
b.
Mudah Jelas, tinggal tambah air, langsung pakai.
c.
Adanya additif yang sesuai akan memberikan sifat bahan yang lebih baik
dibanding hanya dengan menggunakan campuran semen biasa. Terkadang dengan
aplikasi semen biasa bisa menyebabkan beberapa problem, antara lain lantai
terangkat, dinding pecah-pecah / retak, dan lain-lain. Penggunaan mortar yang
tepat akan bisa menghindarkan problem ini di kemudian hari. Kekurangannya
otomatis dari sisi harga, karena mortar dijual amat sangat jauh lebih mahal
daripada semen.
Semen yang
digunakan dalam pembuatan mortar ini ada 3 macam, yaitu :
1.
semen portland, yaitu semen yang digunakan dalam pekerjaan umum, seperti untuk
membangun rumah, jembatan, gedung-gedung bertingkat, dan bisa juga digunakan
untuk pengerus pada panas.
2.
semen campuran, yaitu semen yang digunakan sebagai fungsi seperti semen
portland. Misalnya semen tanah tinggi, semen pizzola, semen abu terbang.
3.
semen khusus, misalnya semen abu terbang.
Pasir juga
digunakan sebagai komponen pencampur dalam pembuatan mortar. Pasir adalah
material yang terdiri dari pelapukan batu-batuan yang bermacam-macam. Ada
banyak jenis pasir yang ada, yaitu :
a.
pasir galian, yaitu pasir yang ditambang di daerah pegunungan. Pasir ini
mempunyai ciri bentuknya yang tajam dan baik dan baik digunakan untuk beton.
b.
Pasir sungai, yaitu pasir yang ditambang di sungai dan bentuknya bulat dengan
kemilaunya yang lebih banyak.
Di Indonesia telah
diperkenalkan beberapa jenis mortar, yaitu antara lain :
1. Tile Adhesive (Perekat Keramik)Ada
vertikal (dinding) dan horizontal (lantai), dan juga ada perekat keramik baru
diatas keramik lama (tanpa membongkar keramik lama)
2. Tile GroutSebagai pengisi nat (celah)
antar keramik
3. Thin BedUntuk perekat AAC (Autoclaved
Aerated Concrete) alias bata ringan
4. Skim CoatUntuk pelapis dinding baru
a.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa mengetahui cara pembuatan
mortar dan perbandingan pencampuran bahan dalam pembuatan mortar.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Bahan Pembentuk
Ferosemen/Mortar
Bahan dan cara
penulangan ferosemen dilakukan sedemikian rupa sehingga terbentuk bahan
komposit yang memberikan sifat-sifat yang berbeda dengan beton bertulang biasa.
Dari penelitian yang dilakukan sebelumnya, menunjukkan bahwa ferosemen
memiliki ketahanan terhadap beban impak yang tinggi, awet dan kedap air.
Terhadap gaya tarik, karena tulangan kawat jala yang dimiliki oleh ferosemen
lebih rapat dan merata maka didapat permukaan spesifik yang lebih besar
sehingga retak yang terjadi halus dan tersebar. Sedangkan terhadap gaya
tekan, karena yang digunakan adalah mortar dengan kekuatan tinggi maka
memberikan kekuatan tekan yang tinggi pula. Terhadap kuat lentur,
perilaku keruntuhan pada ferosemen adalah tidak menunjukkan pola keruntuhan
seketika.
Ferosemen dapat
dibentuk sebagai bidang yang tipis (kurang dari 2,5 cm/1 inchi), dengan
selimut semen mortar diatas lapisan tulangan. Struktur ferosemen yang
direncanakan akan mempunyai keuntungan dalam pembuatan produk dan akan mudah
dibentuk dalam kesatuan konstruksi. Ferosemen terbentuk dari susunan adukan
mortar dan beberapa lapisan kawat jala (wiremesh) serta dapat juga ditambahkan
tulangan sebagai rangka pembentuk. Susunan tersebut membentuk suatu bahan
kompositBahan pengikat atau matrik dalam ferosemen dikenal sebagai adukan semen
atau biasa disebut mortar, yang umumnya terdiri dari semen dan pasir silika
biasa. Menurut Naaman et. al. (2001) semen yang digunakan sebagai bahan
pembuatan ferosemen harus terbebas dari lumpur dan benda asing lain serta ditempatkan
dalam kondisi kering selama jangka waktu yang pendek. Pasir menempati 70%
sampai dengan 95% dari volume mortar, oleh sebab itu penggunaan agregat untuk
ferosemen haruslah dengan mutu yang baik agar didapat mutu mortar yang
baik pula.
Pasir yang digunakan
harus kuat dan dapat menghasilkan adukan yang baik dengan
perbandingan air
semen minimum untuk mencapai penetrasi yang baik ke dalam anyaman kawat
jala. Umumnya yang digunakan adalah pasir alam yang terdiri dari silika,
batuan basalt atau koral halus. Penggunaan/pemilihan pasir haruslah
berhati-hati, karena pasir yang jelek dapat rusak akibat abrasi dan reaksi
kimia bahkan pasir yang porous dapat menyebabkan kelembaban masuk ke dalam
penampang yang tipis, sehingga mempengaruhi ketahanan dan bentuk struktur
ferosemen. Selain itu, pasir yang digunakan harus bersih dan bebas dari
bahan-bahan organik dan relatif bebas dari lempung dan lanau.
Tulangan baja yang
digunakan berfungsi sebagai rangka untuk memperoleh bentuk
yang diinginkan dan
sebagai tempat untuk memasang kawat anyam jala dan tulangan baja tersebut tidak
berfungsi sebagai tulangan struktur tetapi berfungsi sebagai pembentuk
konstruksi. Ukuran tulangan baja bervariasi antara 0,165 in (4,20 mm) sampai
0,375 in (9,5 mm) untuk diameternya.
C. METODOLOGI
c.1. Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan di laboratorium pasca panen jurusan teknologi
pertanian pada pukul 10.00 WIB.
c.2. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah :
1.
gelas
ukur
7.
semen
2.
tabung
reaksi
8.
pasir
3.
kain
putih
9.
air
4.
palu
5.
cetakan es
6. aluminium foil
c.3. cara kerja
a. percobaan 1
kadar air
1.
bahan mortar yang telah kering angina diberikan tanda agar tidak tertukar waktu
pengujian (nama sample dan nama kelompok)
2.
bahan mortar ditimbang dengan timbangan manual, dan dicatat beratnya
3.
siapkan oven dengan suhu konstan 1050C
a.
hidupkan oven
b.
pastikan pintu oven tertutup rapat
c.
buka/ geser tombol untuk aliran fresh air
(agar angin dapat masuk ke dalam oven)
d.
putar tombol suhu ke arah 105oC
e.
tunggu suhu oven konstan 105oC
f.
tutup tombol fresh air (agar udara
tetap konstan di dalam oven)
g.
masukkan bahan mortar ke dalam oven
h.
putar timer menjadi 24 jam
4.
setelah dikeringkan dengan oven selama 24 jam, masukkan ke dalam desikator agar
tidak ada air di dalam bahan
5.
timbang bahan mortar
b. pecobaan 2 berat
jenis mortar
1.
masukkan mortar ke dalam kain putih yang telah dipersiapkan
2.
hancurkan bahan mortar sampai halus dengan menggunakan palu
3.
kemudian dilanjutkan lagi penghalusan dengan menggunakan tumbukan dari porselin
hingga menjadi debu
4.
timbang semuanya dengan timbangan manual dan dicatat
5.
timbang bahan morta sekitar 50 gram
6.
buat skala pada tabung reaksi tiap 0,1 ml
7.
masukkkan bahan mortar dalam tabung reaksi sampai sekitar 3 ml
8.
kemudian siapakan air sebanyak 3 ml dengan gelas ukur
9.
masukkan ke dalam tabung reaksi yang telah diisi dengan bahan mortar halus tadi
10.
setelah dijumlahkan antara volume bahan mortar dan volume air,maka seharusnya
jumlahnya 6 ml
F. DAFTAR PUSTAKA
Adajar,J.C.,
Hogue,T., and Jordan, C. 2006. Ferrocement for Hurricane Prone State of
Florida. Paper on” Structural Fault+Repair-2006” Conference. Edinbourg-cotland UK.
June 13-15.
Committee 549.
1993. State-of-the-Art Report on Ferrocement. American Concrete Institute
(ACI) 549R-93.
Djausal, A.,
Sukardi, S., Alami, F., and Helmi, M. 2001. “Ferrocement in Indonesia: It’s
Aplication and potentials”. Journal of Ferrocement . IFIC Bangkok, Vol. 31 No.4
, October. pp 311-318
El Debs, M.K.,
Machado, E.F. Jr., Hanai, J.B. and Takeya,T. 1998. Ferrocement Sandwich Walls :
Research Projects By The Sao Carlos Group (Brazil). Proceeding of the Sixth
International Symposium on Ferrocement. University of Michigan, Michigan, USA.
June. pp. 493 – 506.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar