PAPER ILMU UKUR
WILAYAH
PEMBUATAN PETA TOPOGRAFI DENGAN POLIGON
OLEH :
Sartika
05081006006
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2010
PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang
Bentuk permukaan bumi sangat tidak teratur.
Ketidakteraturan ini memerlukan
determinasi
untuk merepresentasikan ukuran dan bentuknya. Penggambaran bentuk dan ukuran
permukaan bumi merupakan bagian ilmu ukur wilayah. Ilmu Ukur Wilayah merupakan
turunan dari Ilmu Geodesi.
Pemetaan dan pengukuran suatu wilayah
hutan ditentukan oleh beberapa hal diantaranya jenis alat ukur yang
digunakan. Secara garis besar, alat ukur pemetaan hutan dibagi menjadi alat
ukur optik
dan non optik. Jenis dan bentuk alat ukur yang digunakanpun harus disesuaikan
dengan maksud
dan tujuan pengukuran. Beberapa alat ukur yang banyak digunakan diantaranya
ialah alat ukur
yang digunakan untuk menentukan beda tinggi antara dua titik (alat penyipat
datar atau alat ukur
waterpass), alat ukur yang digunakan untuk mengukur sudut-sudut (theodolit) dan
ada alat ukur
yang digunakan untuk pengukuran guna pembuatan peta (boussole tranche montagne, plancet). Meskipun
kontruksi alat-alat ini berlainan, tetapi alat-alat ukur tanah ini mempunyai beberapa bagian yang
sama, jadi ada bagian-bagian yang selalu didapat pada bermacam-macam alat ukur ini. Dengan
kondisi ini maka diperlukan pengenalan alat ukur dalam bidang kehutanan yang dibagi menjadi
alat ukur non optik dan alat ukur optik.
Pembuatan peta situasi tidak
dapat langsung jadi karena harus diawali dengan pengambilan data melalui
pengukuran-pengukuran baik pengukuran horizontal maupun vertikal, sehingga
setiap detail pada peta dapat diketahui posisinya terhadap bidang datar.
Pengukuran jarak merupakan
basis dalam pemetaan. Walaupun sudut-sudut dapat dibaca seksama dengan
peralatan yang rumit, paling sedikit ada sebuah garis yang harus diukur
panjangnya untuk melengkapi sudut-sudut dalam penentuan lokasi titik-titik.
Sudut vertikal adalah selisih arah
antara dua garis berpotongan di bidang vertikal. Seperti yang biasa
dipakai dalam pengukuran tanah, sudut itu adalah sudut yang berada diatas atau dibawah
bidang horizontal yang melalui titik pengamatan. Sudut diatas bidang horizontal disebut sudut
plus atau sudut elavasi, sudut dibawah sudut horizontal disebut sudut
minus atau sudut junam (depresi). Sudut
vertikal diukur dalam sipat datar
trigonometri
dan dalam EDM serta pekerjaan takimetri sebagai sebuah bagian penting dari prosedur lapangan.
Pengukuran detail adalah untuk memberikan
data topografi di atas peta sehingga
diperoleh bayangan atau informasi dari relief bumi. Kelengkungan dan ketelitian
data topografi tersebut sangat
tergantung dari kerapatan titik detail yang akan diukur. Untuk mengukur titik
detail yang lengkap dan efisien, maka harus dipahami maksud dan kegunaan peta
yang akan dibuat. Sebelum suatu daerah dilakukan pengukuran detail harus sudah
ada titik ikat. Biasanya hal-hal yang perlu diukur secara detail adalah segala
benda atau bangunan yang terdapat di areal yang dipetakan akan menambah
kelengkapan data peta. Misalnya perbedaan tinggi muka tanah yang cukup ekstrim
sehingga nantinya dapat membantu dalam pembuatan kontur.
Garis kontur merupakan ciri khas yang membedakan peta topografi dengan peta lainnya dan
digunakan untuk penggambaran relief atau tinggi rendahnya permukaan bumi yang
dipetakan. Dari pengertian di atas dapat dipahami betapa pentingnya garis
kontur antara lain untuk pembuatan trace
jalan/rel dan menghitung volume galian dan timbunan.
Sesuai dengan keadaan luas daerah yang
akan dipetakan, maka kerangka peta yang digunakan dalam praktikum adalah berupa
poligon. Poligon dibagi menjadi poligon terbuka dan tertutup. Dalam proses
pembuatan kerangka horisontal poligon terbuka/tertutup diikatkan pada titik
pasti yang telah diketahui koordinatnya.
Dalam pembuatan peta topografi digunakan
pengukuran memanjang untuk ketinggian titik detail dan dari hasil pengukuran
didapat beda tinggi suatu titik ikat (poligon) terhadap titik ikat lainnya.
Beda tinggi yang didapat nantinya akan digunakan sebagai data dalam pembuatan
dan penggambaran peta topografi.
Untuk membuat peta situasi cukup menggunakan titik pasti yang telah
diketahui dari jaring triangulasi.
Jika titik pasti terlalu jauh, maka dapat diperbanyak dengan poligon mengikat
ke muka atau ke belakang.
2. Tujuan
Untuk
mengetahui cara pengukuran sudut dan jarak
dengan poligon sehingga dapat membuat gambaran wilayah tersebut.
TINJAUAN PUSTAKA
Peta Topografi
Peta adalah bayangan rupa bumi yang
digambarkan di bidang datar (bidang gambar) dengan skala tertentu, sedangkan
peta topografi adalah peta yang
memperlihatkan unsur-unsur asli dan buatan manusia di atas permukaan bumi.
Unsur-unsur tersebut dapat dikenal maupun diidentifikasi dan pada umumnya untuk
memperlihatkan keadaan yang sesungguhnya.
Pengertian lain mengenai peta topografi ada dua, yaitu:
a. Peta yang menggambarkan relief permukaan
bumi beserta bangunan alami maupun buatan manusia yang ada di atasnya.
b. Peta yang menggambarkan relief/sifat
permukaan bumi yang digambarkan dengan garis kontur.
Peta situasi atau yang sering disebut dengan peta topografi skala besar pada umumnya
dipakai untuk pekerjaan teknik sipil seperti, pembuatan waduk, perencanaan trace jalan, proyek pengaliran, dan
sebagainya. Dengan demikian data-data dan informasi yang diperoleh harus
lengkap yang kemudian diolah dan disajikan dalam bentuk peta topografi. Praktikum Ilmu Ukur
Tanah ini dimaksudkan untuk mengumpulkan
data-data dan informasi secara lengkap, kemudian diolah dan disajikan dalam
bentuk peta.
Garis Kontur
Garis
kontur adalah garis pada peta yang menghubungkan titik-titik yang mempunyai
ketinggian yang sama terhadap bidang refrensi yang digunakan. Kecuraman dari
suatu lereng (stepness) dapat
ditentukan dengan adanya interval kontur dan jarak antara dua kontur, sedangkan
jarak horizontal antara dua garis kontur dapat ditentukan dengan cara
interpolasi. Garis kontur tidak boleh saling berpotongan satu sama lain. Selain
itu garis kontur harus merupakan garis yang tertutup baik di dalam maupun di
luar peta
Cara Pembuatan Peta Situasi
Pembuatan peta situasi tidak
dapat langsung jadi karena harus diawali dengan pengambilan data melalui
pengukuran-pengukuran baik pengukuran horizontal maupun vertikal, sehingga
setiap detail pada peta dapat diketahui posisinya terhadap bidang datar.
Pada pengukuran peta situasi
ini yang harus dilakukan adalah:
2. Pengukuran di lapangan
termasuk pembuatan titik sebagai kerangka peta.
3. Pekerjaan perhitungan.
4. Cara pemberian koreksi pada
hasil perhitungan.
5. Proses penggambaran.
Agar diperoleh hasil yang baik dan akurat,
maka masing-masing kegiatan harus dilakukan dengan teliti dan ditunjang dengan
sarana yang memadai.
Pengukuran Kerangka Peta dengan Poligon
Pada permukaan bumi diukur titik pasti
yaitu titik yang diketahui koordinatnya dan tingginya. Kemudian dari
titik-titik pasti tersebut dipetakan yang selanjutnya disebut sebagai kerangka
peta. Untuk keperluan ini dibutuhkan beberapa titik pasti sebagai dasar
pemetaan. Titik pasti dapat ditentukan dengan cara poligon.
Poligon berasal dari kata polygon
yang berarti poly : banyak dan gon(gone) : titik. Yang kita maksud disini
adalah poligon yang digunakan sebagai kerangka dasar pemetaan yang memiliki
titik titik dimana titik tersebut mempunyai sebuah koordinat X dan Y, silahkan
klik disini untuk memahami sistem koordinat dan proyeksi peta yang tidak
terlepas akan pengukuran dan penghitungan poligon..
Pengukuran Poligon dilakukan dengan
cara menggunakan Total Station, yang mengambil data jarak dan sudut antar titik
titik poligon yang ditanam secara permanen (dalam hal ini titik yang dimaksud
adalah TDT Orde 4). Satuan jarak yang di pakai adalah meter, dimana 1m = 100cm
= 1000mm, sedangkan sudut adalah derajat, dimana 1derajat sama dengan 60 menit
atau 3600 detik, dan 1 putaran penuh memiliki besaran 360 derajat, 90 derajat
merupakan sudut siku-siku.
Dalam pengukuran poligon, sudut yang
digunakan ialah sudut yang mempunyai putaran searah jarum jam, jika anda
membuat sudut 90 º berlawanan arah jarum jam maka sudut yang dihasilkan adalah
270 º (sesuai
dengan arah jarum jam). Cara pengukuran sudut dilakukan seperti gambar
di bawah ini :
Penghitungan poligon pada dasarnya
hanyalah penghitungan sebuah detail yang berkesinambungan atau continous secara
pararalel, akan tetapi sebuah poligon mempunyai koreksi baik itu koreksi sudut
ataupun koreksi linier.
Koreksi merupakan perataan
kesalahan yang timbul dalam pengukuran poligon, sebuah pengukuran poligon tidak
bisa dianggap benar (selalu ada kesalahan). Kesalahan yang timbul dalam
pengukuran poligon adalah kesalahan sudut dan kesalahan linier (jarak). Koreksi
sudut dapat dilakukan dengan cara membagi dengan rata kesalahan tersebut di
tiap titik poligon, atau dengan cara pembagian koreksi berdasarkan perbandingan
jarak antar titik poligon di sudut tersebut dengan jumlah jarak semua titik
d’/Σd*kβ
Sedangkan untuk koreksi
linier pada penghitungan poligon, selisih jarak dianggap benar dengan hasil
penghitungan dari data lapangan di bagi di tiap jarak berdasarkan perbandingan
jarak tersebut dengan jumlah jarak, akan tetapi di sebuah penghitungan poligon
jarak linier(L) yang kita maksud dibedakan menjadi jarak ordinat(Y) dan jarak
absis(X), dapat di tulis sebagai berikut
L=√[X²+Y²]
begitu
juga untuk koreksinya
kL=√[kX²+kY²]
untuk
perataanya berdasarkan dari jarak tersebut dengan jumlah jarak
Koreksi
Absis
d’/Σd*kX
Koreksi Ordinat
d’/Σd*kY
koreksi sering dijadikan tinjauan
untuk mengetahui kualitas dari pengukuran poligon tersebut. Sebuah kesalahan di
dalam poligon dapat dikatakan wajar jika kesalahan itu masih dalam toleransi
yang di tentukan berdasarkan, spek alat yang digunakan, jarak yang di tempuh,
banyak titik yang digunakan beserta sebuah ketentuan yang diinginkan/permintaan
akan sebuah standar ketelitian.
Pengukuran Detail
Maksud dari pengukuran detail adalah untuk
memberikan data topografi di atas
peta sehingga diperoleh bayangan atau informasi dari relief bumi. Kelengkungan
dan ketelitian data topografi
tersebut sangat tergantung dari kerapatan titik detail yang akan diukur. Untuk
mengukur titik detail yang lengkap dan efisien, maka harus dipahami maksud dan
kegunaan peta yang akan dibuat. Sebelum suatu daerah dilakukan pengukuran
detail harus sudah ada titik ikat. Biasanya hal-hal yang perlu diukur secara
detail adalah segala benda atau bangunan yang terdapat di areal yang dipetakan
akan menambah kelengkapan data peta. Misalnya perbedaan tinggi muka tanah yang
cukup ekstrim sehingga nantinya dapat membantu dalam pembuatan kontur.
Perhitungan
Didalam perhitungan, kita menggunakan
alat-alat sebagai berikut:
a. T0
Digunakan untuk menembak
titik-titik azimuth pada sudut-sudut
istimewa dan titik kritis. Tujuannya untuk menggambar kondisi kontur di lokasi
tersebut. Pada saat menembak suatu titik, kita membaca benang tengah (BT),
benang atas (BA), dan benang bawah (BB) dengan 2BT = BA + BB.
b. Digital Theodolit (DT)
Dengan alat ini
kita menghitung sudut dalam (b) suatu poligon serta jarak dari suatu
patok ke patok lain.
c. Waterpass
Waterpass digunakan untuk mengukur jarak dan beda tinggi
antara patok dengan cara menempatkan pesawat waterpass di tengah-tengah antar dua patok kemudian menembak ke
arah muka dan belakang. Pembacaan alat yaitu berupa benang atas (BA), benang
tengah (BT), dan benang bawah (BB). Untuk pengukuran melintang, waterpass terbatas pada azimuth untuk b/2 dan azimuth
(b/2 + 180o) yang diukur adalah jarak terhadap alat dan ketinggian
di atas tanah.
Penggambaran
Dalam penggambaran yang harus kita lakukan
antara lain:
a. Menggambar grid pada kertas kalkir.
b.
Menentukan
letak patok atau koordinat poligon pada grid.
c. Menghitung poligon.
d. Menentukan koordinat titik detail pojok
bangunan.
e. Membuat garis kontur dengan data hasil
perhitungan memancar.
f. Mencocokan hasil gambar dengan data-data
hasil perhitungan pengukuran.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil
Contoh peta mengggunakan
poligon jenis tertutup
Koreksi sudut
Pada
poligon di gambar sudut yang digunakan adalah sudut dalam, dimana sebuah
koreksi sudut untuk poligon tertutup adalah sebagai berikut :
Σβ = (n-2)180°
Untuk
poligon tertutup menggunakan sudut luar koreksi sudutnya adalah sebagai berikut
Σβ = (n+2)180°
dimana
Σβ :
Jumlah sudut Horisontal
n : Jumlah titik
poligon (Tititk refrensi juga termasuk titik poligon, terkecuali referensi
untuk penentu azimuth)
Koreksi Linier
Koreksi
linier adalah sebuah koreksi jarak, didalam poligon tertutup titik dimana alat
itu mulai berdiri akan berakhir pada titik yang sama, maka koreksi liniernya
adalah Koordinat awal harus sama dengan koordinat akhir
Σdsinα = 0
Σdcosα = 0
2. Pembahasan
Untuk pemetaan diperlukan
adanya kerangka dasar. Kerangka dasar adalah sejumlah titik yang diketahui
koordinatnya dalam system tertentu yang mempunyai fungsi sebagai pengikat dan
pengontrol ukuran baru. Mengingat fungsinya, titik-titik kerangka dasar harus
ditempatkan menyebar merata di seluruh daerah yang akan dipetakan dnegan
kerapatan tertentu. Mengingat pula pengukuran untuk pemetaan memerlukan waktu
yang cukup lama, maka titik-titik kerangka dasar harus ditanam cukup kuat dan
terbuat dari bahan yang tahan lama. Dalam pengukuran untuk pembuatan peta ada
dua jenis kerangka dasar yaitu kerangka dasar horizontal (X,Y) dan kerangka
dasar vertikal (Z). Pada praktiknya titik-titik kerangka dasar baik horizontal
maupun vertikal dijadikan satu titik.
Poligon ialah serangkaian
garis lurus yang menghubungkan titik-titik yang terletak di permukaaan bumi. Prinsip kerja
pengukuran polygon yaitu mencari sudut jurusan dan jarak dari gabungan beberapa
garis yang bersama-sama membentuk kerangka dasar untuk keperluan pemetaan suatu
daerah tertentu.
Poligon memiliki
beberapa jenis di pandang dari bentuk dan titik refrensi (acuan) yang digunakan
sebagai sistem koordinat dan kontrol kualitas dari pengukuran poligon. Titik
refrensi adalah titik yang mempunyai sebuah koordinat yang dalam
penghitungannya mengacu pada sebuah datum dan proyeksi peta, di Indonesia datum
yang di gunakan adalah WGS 84 sedangkan proyeksi peta menggunakan TM-3,
sedangkan koordinat lokal adalah koordinat yang tidak mengacu pada dua hal
tersebut (koordinat sementara), kalaupun hal itu di terapkan dalam pengukuran
poligon untuk area yang cukup luas tentu saja kelengkungan bumi diabaikan
begitu saja. Untuk titik refrensi dalam pengukuran poligon ialah TDT (Titik
Dasar Teknik) atau BM (Base Mark) Orde 3,2 ataupun Orde 1 yang telah memiliki
kooordinat TM-3 dan diukur menggunakan GPS Geodetik.
Untuk pemetaan daerah kecil, penyelenggaraan
titik-titik kerangka dasar umumnya digunakan metode poligon. Karena metode poligon lebih bias menyesuaikan dengan keadaan
lapangan dan ketelitiannya dapat memadai untuk pemetaan topografi. Poligon
adalah serangkaian garis yang menghubungkan titik-titik yang terletak di
permukaan bumi.
Hasil perhitungan jarak dan sudut menggunakan
pengukuran poligon tidak berbeda jauh dengan pengukuran menggunakan meteran,
hanya ada sedikit deviasi yang wajar dalam pengukuran.
Peta topografi yang dihasilkan dengan poligon
tertutup hasil akhir nya tidak akan pernah menyatu dengan titik awal
pengukuran. Disini terdapat beda error yang memerlukan perhitungan koreksi
poligon. Gambar awal peta topografi tanpa koreksi disebut dengan poligon asli.
Setelah beda errornya diketahui dengan mengukur
jarak antara keduanya, maka didapat nilai delta. Nilai ini seterusnya akan
digunakan untuk menghitung koreksi tiap titik pada pengukuran poligon, seberapa
jauh titik tersebut dapat digeser dan pada sudut berapa sehingga titik awal dan
akhir pengukuran dapat bertemu. Peta topografi ini dinamakan poligon terkoreksi.
KESIMPULAN DAN
SARAN
1.
Kesimpulan
Hal yang dapat disimpulkan dari bahasan diatas adalah
:
1.
Poligon ialah serangkaian
garis lurus yang menghubungkan titik-titik yang terletak di permukaaan bumi.
2.
peta topografi adalah peta yang
memperlihatkan unsur-unsur asli dan buatan manusia di atas permukaan bumi.
Unsur-unsur tersebut dapat dikenal maupun diidentifikasi dan pada umumnya untuk
memperlihatkan keadaan yang sesungguhnya.
3.
peta topografi skala besar pada umumnya
dipakai untuk pekerjaan teknik sipil seperti, pembuatan waduk, perencanaan trace jalan, proyek pengaliran, dan
sebagainya.
4.
Peta topografi yang dihasilkan dengan poligon tertutup
hasil akhir nya tidak akan pernah menyatu dengan titik awal pengukuran.
5.
Metode poligon banyak digunakan pada pemetaan daerah
kecil.
2.
Saran
Sebaiknya dalam pengukuran dan perhitungan jarak
dan sudut dilakukan secara teliti untu menghindari kesalahan hasil.
DAFTAR PUSTAKA
Brinker, R. C. & P.R. Wolf. 1986. Dasar-dasar PengukuranTanah – jilid 1.
Penerbit Erlangga, Jakarta
Frick, H. 1979. Ilmu dan Alat Ukur Tanah. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Muhamadi Mansur. 2004. (online).www.google.com- theodolite.pdf/Pendidikan dan
Pelatihan Diklat Teknis Materi:Theodolit.
Institut teknologi sepuluh
November Surabaya.
Nugroho, U. 2010. Poligon. (online). (www.udinugroho.com/poligon). (diakses pada
Sabtu 11 Desember
2010).
Purworahardjo, U. 1986. Ilmu Uku Tanah Seri C – Pengukuran Topografi. Jurusan
Teknik Geodesi – FTSP, Institut Teknologi
Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar