PAPER HUBUNGAN
TANAH, AIR, TANAMAN DAN ATMOSFER
Laju Infiltrasi pada Beberapa Jenis Tanah
SARTIKA
05081006006
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2010
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Kondisi tanah
permukaan pada zona tak jenuh (unsaturated zone) sangat berpengaruh pada
pergerakan air dalam profil tanah. Tinggi-rendahnya pergerakan air yang melalui
profil tanah ini (laju infiltrasi akhir) adalah bergantung pada sifat fisik
tanah yang dimilikinya.
Pengukuran sifat-sifat fisika tanah sangat
diperlukan di dalam perencanaan dan perancangan suatu proyek yang berkaitan
dengan pengembangan wilayah, misalnya suatu daerah aliran sungai (DAS).
Sifat-sifat ini termasuk laju infiltrasi air secara vertikal ke dalam profil
suatu tanah.
Pengujian laju
infiltrasi ini dimaksudkan untuk mengetahui berapa kecepatan dan besaran
masuknya atau meresapnya air secara vertikal ke dalam tubuh tanah. Dengan
mengamati atau menguji sifat ini diharapkan mampu memberikan gambaran tentang
kebutuhan air irigasi yang diperlukan bagi suatu jenis tanah untuk jenis
tanaman tertentu pada suatu saat. Data laju infiltrasi ini juga dapat digunakan
untuk menduga kapan suatu run-off akan terjadi bila suatu jenis tanah telah
menerima sejumlah air tertentu baik melalui curah hujan ataupun irigasi dari
suatu tandon air di permukaan tanah.
Dari gejala proses
infiltrasi yang pada umumnya mula-mula cepat kemudian melambat dan disusul
dengan kondisi konstan, maka dapat diduga seberapa besar kebutuhan air yang
diperlukan oleh suatu jenis tanah pada suatu luasan tertentu untuk
membasahinya, sejak dari kondisi kering lapangan (dengan rekahan-rekahan yang
bersifat khusus bagi tiap jenis tanah) hingga keadaan yang kebutuhan airnya
menjadi konstan. Data hasil pengukuran laju infiltrasi semacam ini juga dapat
digunakan untuk tujuan perencanaan pengagihan air irigasi serta konservasi
tanah dan air.
Tiap jenis tanah dengan ciri-ciri fisika, kimia, biologi, dan
mineralogi yang berbeda-beda memerlukan perhitungan kebutuhan air yang
berbeda-beda dalam tujuan pemberian airnya. Oleh sebab itu pengujian laju
infiltrasi bagi tiap jenis tanah yang ada di dalam suatu DAS perlu dilakukan
agar pengelolaannya secara terpadu dapat lebih tepat guna dan berhasil guna.
2.
Tujuan
Untuk mengetahui besarnya laju infiltrasi pada daerah aliran sungai
yang berguna untuk memperkirakan banyaknya air irigasi yang dapat dipakai.
TINJAUAN PUSTAKA
Infiltrasi adalah proses meresapnya air atau proses meresapnya air dari
permukaan tanah melalui pori-pori tanah. Dari siklus hidrologi, jelas bahwa air
hujan yang jatuh di permukaan tanah sebagian akan meresap ke dalam tanah,
sabagian akan mengisi cekungan permukaan dan sisanya merupakan overland flow.
Sedangkan yang dimaksud dengan daya infiltrasi (Fp) adalah laju infiltrasi
maksimum yang dimungkinkan, ditentukan oleh kondisi permukaan termasuk lapisan
atas dari tanah. Besarnya daya infiltrasi dinyatakan dalam mm/jam atau mm/hari.
Laju infiltrasi (Fa) adalah laju infiltrasi yang sesungguhnya terjadi yang
dipengaruhi oleh intensitas hujan dan kapasitas infiltrasi.
Infiltrasi mempunyai arti penting terhadap :
a. Proses Limpasan Daya
infiltrasi menentukan besarnya air hujan yang dapat diserap ke dalam tanah.
Sekali air hujan tersebut masuk ke dalam tanah ia akan diuapkan kembali atau
mengalir sebagai air tanah. Aliran air tanah sangat lambat. Makin besar daya
infiltrasi, maka perbedaan antara intensitas curah dengan daya infiltrasi
menjadi makin kecil. Akibatnya limpasan permukaannya makin kecil sehingga debit
puncaknya juga akan lebih kecil.
b. Pengisian Lengas Tanah
(Soil Moisture) dan Air Tanah Pengisian lengas tanah dan air tanah adalah
penting untuk tujuan pertanian. Akar tanaman menembus daerah tidak jenuh dan
menyerap air yang diperlukan untuk evapotranspirasi dari daerah tak jenuh tadi.
Pengisian kembali lengas tanah sama dengan selisih antar infiltrasi dan
perkolasi (jika ada). Pada permukaan air tanah yang dangkal dalam lapisan tanah
yang berbutir tidak begitu kasar, pengisian kembali lengas tanah ini dapat pula
diperoleh dari kenaikan kapiler air tanah.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi infiltrasi adalah:
1. Karakteristik
–karakteristik hujan
2. Kondisi-kondisi
permukaan tanah
• Tetesan hujan, hewan
maupun mesin mungkin memadatkan permukaan tanah dan mengurangi infiltrasi.
• Pencucian partikel yang
halus dapat menyumbat pori-pori pada permukaan tanah dan mengurangi laju
inflasi.
• Laju infiltrasi awal
dapat ditingkatkan dengan jeluk detensi permukaan.
• Kepastian infiltrasi
ditingkatkan dengan celah matahari.
• Kemiringan tanah secara
tidak langsung mempengaruhi laju infiltrasi selama tahapan awal hujan
berikutnya.
• Penggolongan tanah
(dengan terasering, pembajakan kontur dll) dapat meningkatkan kapasitas
infiltrasi karena kenaikan atau penurunan cadangan permukaan.
3.
Kondisi-kondisi penutup permukaan
• Dengan melindungi tanah
dari dampak tetesan hujan dan dengan melindungi pori-pori tanah dari
penyumbatan, seresah mendorong laju infiltrasi yang tinggi
• Salju mempengaruhi infiltrasi dengan cara yang sama seperti yang dilakukan seresah.
• Urbanisasi (bangunan, jalan, sistem drainase bawah permukaan) mengurangi infiltrasi.
• Salju mempengaruhi infiltrasi dengan cara yang sama seperti yang dilakukan seresah.
• Urbanisasi (bangunan, jalan, sistem drainase bawah permukaan) mengurangi infiltrasi.
4.
Transmibilitas tanah
• Banyaknya pori yang
besar, yang menentukan sebagian dari setruktur tanah, merupakan salah satu
faktor penting yang mengatur laju transmisi air yang turun melalui tanah.
• Infiltrasi beragam
secara terbalik dengan lengas tanah.
5.
Karakteristik-karakteristik air yang berinfiltrasi
• Suhu air mempunyai
banyak pengaruh, tetapi penyebabnya dan sifatnya belum pasti.
• Kualitas air merupakan
faktor lain yang mempengaruhi infiltrasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi daya infiltrasi antara lain :
a. Dalamnya genangan di
atas permukaan tanah (surface detention) dan tebal lapisan jenuh
b. Kadar air dalam tanah
c. Pemampatan oleh curah
hujan
d. Tumbuh-tumbuhan
e. Karakteristik hujan
f. Kondisi-kondisi
permukaan tanah
Sedangkan faktor-faktor
yang mempengaruhi laju infiltrasi antara lain :
a.
Jenis permukaan tanah
b.
Cara pengolahan lahan
c.
Kepadatan tanah
d.
Sifat dan jenis tanaman.
Infiltrasi dari segi hidrologi penting, karena
hal ini menandai peralihan dari air permukaan yang bergerak cepat ke air tanah
yang bergerak lambat dan air tanah. Kapasitas infiltrasi suatu tanah
dipengaruhi oleh sifat-sifat fisiknya dan derajat kemampatannya, kandungan air
dan permebilitas lapisan bawah permukaan, nisbi air, dan iklim mikro tanah. Air
yang berinfiltrasi pada sutu tanah hutan karena pengaruh gravitasi dan daya
tarik kapiler atau disebabkan juga oleh tekanan dari pukulan air hujan pada
permukaan tanah.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Obyek penelitian
ini berupa beberapa jenis tanah yang relatif. Ada empat jenis tanah yang diuji,
yakni (a) Aluvial Kelabu (b) Mediteran Merah dan Litosol (c) Latosol dan
Litosol (d) tanah litosol. Pengamatan laju infiltrasi in situ dilakukan dengan menggunakaan metode infiltrasi cincin
ganda (double ring infiltrometer).
Garis tengah cincin (stainless steel) besar
bagian dalam 80 cm dan cincin kecil 15 cm, sedangkan tinggi keduanya 30 cm.
Untuk pengujian ini seluruhnya digunakan empat (4) set infiltrometer cincin
ganda, ditambah dengan alat-alat seperti penera penurunan air berpelampung dan
berskala, stopwatch, drum aspal dan ember plastik besar sebagai tandon air,
meteran, peta, godam (palu besar), plat besi untuk mendorong infiltrometer
masuk ke dalam tanaah, lembaran plastik, dan alat-alat tulis, Cara kerja
pengamataan dapat dilihat dalam Landon (1980).
Data hasil
pengamatan laju infiltrasi bagi setiap jenis tanah, disajikan dalam bentuk
tabel dan atau kurve hubungan laju resapan versus waktu pengamatan, resapan
kumulatif versus waktu pengamatan, dan kedua-duanya, tetapi dalam bentuk
hubungan log-log. Untuk setiap jenis tanah nilai laju infiltrasinya diwakili
oleh hasil rerata ulangannya.
1. Jenis tanah Aluvial Kelabu
Laju infiltrasi
setiap waktu (instantaneous infiltration
rate), yang menunjukkan kurve hubungan antara laju infiltrasi, IR (cm) dan
waktu pengamatan, T(jam). Setelah pengamatan selama lebih dari 3 jam tanah ini
sudah mulai menunjukkan nilai laju infiltrasi konstan, yakni kira-kira
mendekati nilai 50 cm jam-1, yang menurut klasifikasi Booker Agricul-ture International (BAI)
termasuk sangat cepat (>25 cm jam-1).
Untuk tanah dengan
sifat seperti ini sistem irigasi luapan/genangan (surface irrigation) kurang tepat untuk dilaksanakan, sedangkan yang
lebih baik adalah sistem curah terkendali (overhead
irrigation), misalnya dengan cara pencaran (sprinkler). Untuk budidaya padi sawah (paddy rice) agar sesuai dengan syarat pertumbuhannya, maka tindakan
pelumpuran tanah dapat membantu menekan nilai laju infiltrasi yang nisbi tinggi
tersebut.
Nilai rerata laju
infiltrasi tiap saat memberikan persamaan garis eksponensial y = - 45,313 ln(x)
+ 110,02, dan R2 = 0,9931. Pada pengamatan setelah 5 jam dan diprediksi berdasarkan
persamaan tersebut diperoleh nilai laju infiltrasi sebesar 37,09 cm jam-1, yang menurut
klasifikasi BAI termasuk sangat cepat (very
rapid). Kurve log-log laju infiltrasi berupa persamaan garis lurus y = -
0,3316 x + 1,9623, dengan R2 = 0,9765,
2. Jenis tanah Litosol
Pada tanah ini
kurve laju infiltrasi tiap saat diperoleh persamaan y = - 13,803 ln(x) +
57,727, dengan R 2 = 0,9595. Perhitungan berdasarkan hasil pengamatan setelah 5 jam, nilai
laju infiltrasi yang diperoleh adalah sebesar 35,51 cm jam-1, yang menurut klasifikasi BAI
termasuk sangat cepat (very rapid).
Seperti halnya tanah Aluvial Kelabu, tanah Litosol ini lebih cocok untuk
irigasi curah terkendali dibandingkan cara luapan atau genangan. Untuk tanaman
padi sawah pelumpuran merupakan keharusan untuk menekan laju infiltrasi yang
masih relatif tinggi.
Persamaan kurve
log-log laju infiltrasi tiap saat y = - 0,2195 x + 2,044, dan R2 = 0,9389, sedangkan
untuk Kurve log-log laju infiltrasi kumulatif y = 0,6479 x + 3,7397 dengan R2 = 0,9709.
3. Jenis tanah Latosol dan
Litosol
Kurve laju
infiltrasi tiap saat menunjukkan persamaan eksponensial y = - 1,8564 ln(x) +
7,711, dengan nilai R2 = 0,5951. Jika kurve ini digunakan untuk menghitung laju infiltrasi
tiap saat setelah 5 jam pengamatan, maka diperoleh nilai laju infiltrasi
konstan sebesar 4,18 cm jam-1. Nilai sebesar ini oleh BAI diklasifikasikan sebagai tingkat sedang (moderate).
4. Jenis tanah Mediteran dan
Latosol
Hasil penggambaran
merupakan garis non-linier dengan persamaan y = - 0,6896 ln (x) + 6,3 dengan R2 = 0,5733. Pada waktu
pengamatan kira-kira 5 jam setelah dimulai yang lajunya mendekati konstan
diperoleh nilai laju infiltrasi sebesar 5,19 cm jam-1, yang menurut klasifikasi BAI
nilai ini termasuk kategori sedang (moderate).
Persamaan gabungan log-log laju infiltrasi tiap saatnya adalah y = - 0,0933 x +
0,7709, R2 =
0,6974, sedangkan persamaan gabungan laju infiltrasi kumulatifnya y = 0,4585 x
+ 1,9685, R2 =
0,96.
KESIMPULAN
1.
Pengamatan selama minimum 4-5 jam telah menunjukkan laju infiltrasi yangsudah
mulai konstan.
2.
Persamaan-persamaan garis pada kurve linier maupun non-linier menunjukkan nilai
koefisien determinasi yang cukup tinggi (> 0,9), yang berarti bahwa angka-angka
hasil pengukuran yang diperoleh in situ cukup
handal, karena memang dilakukan dengan teliti dan hati-hati.
3.
Urutan nilai laju infiltrasi dari keempat jenis tanah tersebut setelah mencapai
kondisi konstan, dari urutan tercepat ke yang paling lambat adalah sbb.:
Aluvial Kelabu > Litosol > Latosol-Litosol > Mediteran Merah-Litosol.
4.
Nilai laju infiltrasi rerata pada tanah Aluvial Kelabu dan Litosol dapat
mencapai 7-9 kali lebih besar dibandingkan pada tanah-tanah Latosol-Litosol dan
Mediteran Merah-Litosol.
5.
Tanah Aluvial Kelabu dan Litosol mempunyai kategori laju infiltrasi sangat
cepat (very rapid), sedangkan tanah
Latosol-Litosol dan Mediteran-Litosol termasuk sedang (moderate).
6.
Pengukuran laju infiltrasi di lahan sawah yang ditanami padi berumur kira-kira
satu bulan (kondisi tanah melumpur) mencapai laju infiltrasi konstan lebih
cepat dan nilainyapun paling rendah dibandingkan kondisi tanah yang lain.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim.2010.infiltrasi.(online).
(http://www.google.co.id/infiltrasi). (diakses
pada tanggal 2 juni 2010).
Landon, J.R. 1984. Booker Tropical Soil Manual. A Handbook for
Soil Survey
and Agricultural Land Evaluation in the Tropics and
Subtropics. Pitman
Press
Ltd., Bath, Great Britain.
Siradz, S.A, Bambang D. Kertonegoro dan Suci
Handayani. 2000. Peranan Uji In
Situ Laju Infiltrasi dalam Pengelolaan DAS Grindulu-Pacitan. Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
untuk mengetahui golongan semisal tanah aluvial kelabu termasuk tanah A, B, C, atau D bagaimana ya?
BalasHapus