LAPORAN PRAKTIKUM
INTRUMENTASI
THERMOCOUPLE
OLEH :
Sartika
05081006006
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2010
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Ada beberapa metode yang
umum digunakan sebagai pengukuran temperatur (sensor) meliputi termokopel,
sistem yang diisi (filled system), tahanan listrik dan elemen bimetal.
Pemilihan sensor temperatur dan sistem yang ingin
digunakan bergantung pada empat faktor, yaitu : harga, ketepatan (akurasi),
kepercayaan dan kesesuaian.
Faktor pertama pasti dipertimbangkan karena
pengaruh harga sangat penting sekali. Faktor kedua dapat dipahami sebab bila
suatu proses ingin dikontrol dengan satu atau dua derajat (kadang-kadang dengan
derajat fraksi), proses lain dapat berubah beberapa derajat tentunya tanpa
kehilangan efisiensi atau kualitas.
Faktor kepercayaan dapat digambarkan sebagai
berikut : termokopel besi-konstantan dapat dipakai untuk pengukuran temperatur
sekitar 760°C. Tetapi, oksidasi menyebabkan kesalahan awal dan termokopel
besi-konstantan membutuhkan pergantian berulang. Agar lebih dapat dipercaya,
termokopel dengan range temperatur besar dan ketahanan yang lama dapat
digunakan.
Faktor kesesuaian pada proses yang
hendak diukur turut menentukan pemilihan sensor; dimana sensor tidak berubah
atau bercampur dengan proses. Misalnya menempatkan termokopel pada sumber panas
(thermowell) dalam aliran dimana proses berlangsung mencegah terjadinya
perpindahan panas dengan konsekuensi kesalahan indikasi temperatur.
Prinsip termoelektrik yang ditemukan oleh Seebeck
pada tahun 1821 merupakan satu dasar dari beberapa jenis alat pengukuran
temperatur yaitu termokopel. Bila dua logam yang berbeda dihubungkan bersama
pada satu sisi dan sisi tersebut dipanaskan, akan timbul pada potensial pada
sisi yang lain. Dua kaki bebas tersebut dapat dihubungkan dengan mili voltmeter
atau potensiometer untuk mengukur besarnya emf (electromotive force) yang
dihasilkan. Instrumen yang bekerja sesuai prinsip ini dikenal sebagai pirometer
termoelektrik.
Electromotive force yang didapat pada rangkaian termoelektrik disebabkan oleh
dua fenomena, satu dikenal efek Peltier dan yang lain adalah efek Thomson. Efek
Peltier mengatur besar emf hasil dari kontak dua logam berbeda (tetapi besarnya
berubah sejalan dengan temperatur pada titik kontak). Emf akibat dari efek
Thomson (kurang dominan) dihasilkan oleh gradien temperatur kabel tunggal.
Selama kedua titik kontak dan kedua kabel terdapat
gradien temperatur maka akan timbul dua emf Peltier dan dua amf Thomson. Total
emf yang bekerja pada rangkaian adalah hasil keempat emf tersebut, dengan
polaritas ditentukan dari material yang digunakan dan hubungannya terhadap
temperatur pada kedua sisi. Besar emf ini dapat diukur pada rangkaian di setiap
titik dengan instrumen pengukur emf atau potensiometer.
Termokopel yang umumnya diperdagangkan dapat
membangkitkan 20 sampai 50 mV untuk suatu jangkauan temperatur tertentu.
Selama material yang digunakan adalah termokopel komersial (umum
diperdagangkan), efek Thomson dapat diabaikan. Total emf menjadi jumlah kedua
emf yang dibangkitkan oleh efek Peltier. Bila temperatur pada satu sambungan
(reference junction) dipertahankan konstan, atau bila besar emf dikompensasi,
emf efektif termokopel hanya yang dibagkitkan oelh temperatur yang tidak
terkompensasi (measuring junction). Besar emf inilah yang digunakan untuk
mengukur perubahan temperatur.
2.
Tujuan
Untuk
mengetahui prinsip kerja termokopel dan jenis-jenis termokopel sehingga mampu
membuat sendiri rangkaian termokopel serta mengetahui kelebihan dan kekurangan
termokopel.
TINJAUAN PUSTAKA
Termokopel (Thermocouple)
Pembuatan termokopel
didasarkan atas sifat thermal bahan logam. Jika sebuah batang logam dipanaskan
pada salah satu ujungnya maka pada ujung tersebut elektron-elektron dalam logam
akan bergerak semakin aktif dan akan menempati ruang yang semakin luas,
elektron-elektron saling desak dan bergerak ke arah ujung batang yang tidak
dipanaskan. Dengan demikian pada ujung batang yang dipanaskan akan terjadi muatan
positif.
Kerapatan electron
untuk setiap bahan logam berbeda tergantung dari jenis logam. Jika dua batang
logam disatukan salah satu ujungnya, dan kemudian dipanaskan, maka elektron
dari batang logam yang memiliki kepadatan tinggi akan bergerak ke batang yang
kepadatan elektronnya rendah, dengan demikian terjadilah perbedaan tegangan
diantara ujung kedua batang logam yang tidak disatukan atau dipanaskan.
Besarnya termolistrik atau gem ( gaya electromagnet ) yang dihasilkan menurut
T.J Seeback (1821) yang menemukan hubungan perbedaan panas (T1 dan T2) dengan
gaya gerak listrik yang dihasilkan E, Peltir (1834), menemukan gejala panas
yang mengalir dan panas yang diserap pada titik hot-juction dan cold-junction,
dan Sir William Thomson, menemukan arah arus mengalir dari titik panas ke titik
dingin dan sebaliknya, sehingga ketiganya menghasilkan rumus sbb:
E = C1(T1-T2) + C2(T12
– T22)
Efek Peltier Efek Thomson
Atau
E = 37,5(T1_T2) –
0,045(T12-T22)
di mana 37,5 dan 0,045 merupakan dua
konstanta C1 dan C2 untuk termokopel tembaga/konstanta.
Bila ujung logam yang
tidak dipanaskan dihubung singkat, perambatan panas dari ujung panas ke ujung
dingin akan semakin cepat. Sebaliknya bila suatu termokopel diberi tegangan
listrik DC, maka diujung sambungan terjadi panas atau menjadi dingin tergantung
polaritas bahan (deret Volta) dan polaritas tegangan sumber. Dari prinsip ini
memungkinkan membuat termokopel menjadi pendingin.
Thermocouple sebagai sensor temperatur memanfaatkan beda workfunction dua bahan metal.
Thermocouple sebagai sensor temperatur memanfaatkan beda workfunction dua bahan metal.
Efek Seebeck
Pada tahun 1821, seorang fisikawan
Estonia
bernama Thomas Johann Seebeck
menemukan bahwa sebuah konduktor (semacam logam) yang diberi perbedaan panas
secara gradien akan menghasilkan tegangan listrik. Hal ini disebut sebagai efek
termoelektrik. Untuk mengukur perubahan panas ini gabungan dua macam konduktor
sekaligus sering dipakai pada ujung benda panas yang diukur.
Bila dua material yang berbeda dihubungkan
dalam suatu sirkuit dan kedua sambungan (junction) dipertahankan pada
temperatur yang berbeda maka akan dibangkitkan emf (electromotive force).
Fenomena ini pertama kali ditemukan oleh Seebeck sehingga disebut efek Seebeck
atau umumnya dikenal dengan nama prinsip termokopel.
Dua buah material, sebut p dan n dihubungkan
pada titik 1 dan berada pada temperatur referensi, TL. Dengan potensiometer
diukur beda temperatur (TH - TL).
Seebeck memberikan suatu persamaan hubungan
sifat material, potensial termoelektrik dengan temperatur. Koefisien Seebeck
atau biasa disebut thermoelectric power untuk suatu material didefinisikan
sebagai,
A
= dE
dT
Koefisien
Seebeck kombinasi, ditentukan positif jika arus listrik (aliran muatan positif)
mengalir dari material p ke material n pada simpangan dingin
dimana panas kombinasi ulang dilepaskan
Prinsip
Kerja Termokopel
Suatu
termokopel bekerja atas dasar prinsip fenomena dari Seebeck (pada tahun 1821),
yaitu : bila suatu rangkaian yang terdiri dari dua buah logam yang tidak
sejenis dan bila temperatur pada sambungan-sambungan dari kedua kawat tersebut
tidak sama, maka akan ada gaya listrik (electromotive force = emf).
Konduktor tambahan ini
kemudian akan mengalami gradiasi suhu, dan mengalami perubahan tegangan secara
berkebalikan dengan perbedaan temperatur benda. Menggunakan logam yang berbeda
untuk melengkapi sirkuit akan menghasilkan tegangan yang berbeda, meninggalkan
perbedaan kecil tegangan memungkinkan kita melakukan pengukuran, yang bertambah
sesuai temperatur. Perbedaan ini umumnya berkisar antara 1 hingga 70 microvolt
tiap derajad celcius untuk kisaran yang dihasilkan kombinasi logam modern.
Beberapa kombinasi menjadi populer sebagai standar industri, dilihat dari
biaya, ketersediaanya, kemudahan, titik lebur, kemampuan kimia, stabilitas, dan
hasil. Sangat penting diingat bahwa termokopel mengukur perbedaan temperatur di
antara 2 titik, bukan temperatur absolut.
Pada banyak aplikasi,
salah satu sambungan (sambungan yang dingin) dijaga sebagai temperatur
referensi, sedang yang lain dihubungkan pada objek pengukuran. contoh, pada
gambar di atas, hubungan dingin akan ditempatkan pada tembaga pada papan
sirkuit. Sensor suhu yang lain akan mengukur suhu pada titik ini, sehingga suhu
pada ujung benda yang diperiksa dapat dihitung. Termokopel dapat dihubungkan
secara seri satu sama lain untuk membuat termopile, dimana tiap sambungan yang
panas diarahkan ke suhu yang lebih tinggi dan semua sambungan dingin ke suhu
yang lebih rendah. Dengan begitu, tegangan pada setiap termokopel menjadi naik,
yang memungkinkan untuk digunakan pada tegangan yang lebih tinggi.
Dengan adanya suhu
tetapan pada sambungan dingin, yang berguna untuk pengukuran di laboratorium,
secara sederhana termokopel tidak mudah dipakai untuk kebanyakan indikasi
sambungan lansung dan instrumen kontrol. Mereka menambahkan sambungan dingin
tiruan ke sirkuit mereka yaitu peralatan lain yang sensitif terhadap suhu
(seperti termistor atau dioda) untuk mengukur suhu sambungan input pada
peralatan, dengan tujuan khusus untuk mengurangi gradiasi suhu di antara
ujung-ujungnya. Di sini, tegangan yang berasal dari hubungan dingin yang
diketahui dapat disimulasikan, dan koreksi yang baik dapat diaplikasikan. Hal
ini dikenal dengan kompensasi hubungan dingin.
Biasanya termokopel
dihubungkan dengan alat indikasi oleh kawat yang disebut kabel ekstensi atau
kompensasi. Tujuannya sudah jelas. Kabel ekstensi menggunakan kawat-kawat
dengan jumlah yang sama dengan kondoktur yang dipakai pada Termokopel itu
sendiri. Kabel-kabel ini lebih murah daripada kabel termokopel, walaupun tidak
terlalu murah, dan biasanya diproduksi pada bentuk yang tepat untuk
pengangkutan jarak jauh - umumnya sebagai kawat tertutup fleksibel atau kabel
multi inti. Kabel-kabel ini biasanya memiliki spesifikasi untuk rentang suhu
yang lebih besar dari kabel termokopel. Kabel ini direkomendasikan untuk
keakuratan tinggi.
Kabel kompensasi pada
sisi lain, kurang presisi, tetapi murah. Mereka memakai perbedaan kecil,
biasanya campuran material konduktor yang murah yang memiliki koefisien
termoelektrik yang sama dengan termokopel (bekerja pada rentang suhu terbatas),
dengan hasil yang tidak seakurat kabel ekstensi. Kombinasi ini menghasilkan
output yang mirip dengan termokopel, tetapi operasi rentang suhu pada kabel
kompensasi dibatasi untuk menjaga agar kesalahan yang diperoleh kecil. Kabel
ekstensi atau kompensasi harus dipilih sesuai kebutuhan termokopel. Pemilihan
ini menghasilkan tegangan yang proporsional terhadap beda suhu antara sambungan
panas dan dingin, dan kutub harus dihubungkan dengan benar sehingga tegangan
tambahan ditambahkan pada tegangan termokopel, menggantikan perbedaan suhu
antara sambungan panas dan dingin.
Tipe-Tipe Termokopel
Tersedia beberapa jenis termokopel,
tergantung aplikasi penggunaannya
- Tipe K (Chromel (Ni-Cr alloy) / Alumel (Ni-Al alloy))
Jenis K adalah
termokopel 'tujuan umum'. Ini adalah biaya rendah dan, karena popularitasnya,
tersedia dalam berbagai macam probe. Termokopel tersedia di C -200 ° sampai
1.200 ° C jangkauan. Sensitivitas adalah sekitar 41uV / ° C. K jenis Gunakan
kecuali Anda memiliki alasan untuk tidak.
2.
Tipe E (Chromel / Constantan (Cu-Ni
alloy))
Tipe E memiliki
output yang besar (68 µV/°C) membuatnya cocok digunakan pada temperatur rendah.
Properti lainnya tipe E adalah tipe non magnetik.
3.
Tipe J (Iron / Constantan)
Keterbatasan
(-40 sampai 750 ° C) membuat tipe J kurang populer dari K. Tipe aplikasi utama
adalah dengan peralatan lama yang tidak dapat menerima 'modern' termokopel. J
jenis tidak boleh digunakan di atas 760 ° C sebagai transformasi magnetik
mendadak akan menyebabkan decalibration permanen.
4.
Tipe N (Nicrosil (Ni-Cr-Si alloy) /
Nisil (Ni-Si alloy))
Stabil dan
tahanan yang tinggi terhadap oksidasi membuat tipe N cocok untuk pengukuran
suhu yang tinggi tanpa platinum. Dapat mengukur suhu di atas 1200 °C.
Sensitifitasnya sekitar 39 µV/°C pada 900 °C, sedikit di bawah tipe K.
Tipe N merupakan perbaikan tipe K
Termokopel tipe
B, R, dan S adalah termokopel logam mulia yang memiliki karakteristik yang
hampir sama. Mereka adalah termokopel yang paling stabil, tetapi karena
sensitifitasnya rendah (sekitar 10 µV/°C) mereka biasanya hanya digunakan untuk
mengukur temperatur tinggi (>300 °C).
5.
Type B (Platinum-Rhodium/Pt-Rh)
Cocok untuk
pengukuran suhu tinggi hingga 1800 ° C. Tidak biasa termokopel tipe B (karena
bentuk suhu mereka / kurva tegangan) memberikan output yang sama pada 0 ° C dan
42 ° C. Hal ini membuat mereka tidak berguna di bawah 50 ° C.
6.
Type R (Platinum /Platinum with 7%
Rhodium)
Cocok mengukur suhu di atas
1600 °C. sensitivitas rendah (10 µV/°C) dan biaya tinggi membuat mereka
tidak cocok dipakai untuk tujuan umum.
7.
Type S (Platinum /Platinum with 10%
Rhodium)
Cocok mengukur suhu di atas
1600 °C. sensitivitas rendah (10 µV/°C) dan biaya tinggi membuat mereka
tidak cocok dipakai untuk tujuan umum. Karena stabilitasnya yang tinggi Tipe S
digunakan untuk standar pengukuran titik leleh emas (1064.43 °C).
8.
Type T (Copper / Constantan)
Cocok untuk pengukuran
antara −200 to 350 °C. Konduktor positif terbuat dari tembaga, dan yang
negatif terbuat dari constantan. Sering dipakai sebagai alat pengukur.
PELAKSANAAN
PRAKTIKUM
1.
Tempat
dan Waktu
Praktikum ini
dilaksanakan di laboratorium computer jurusan teknologi pertanian pada hari
rabu tanggal 1 Desember 2010.
2.
Alat
dan Bahan
-
Termokopel
-
Switch on/off
-
Kabel
-
Power supply
-
Es batu
-
Baskom
-
display
3.
Cara
Kerja
- Siapkan rangkaian termokopel dengan merngkai kabel, termokopel, display dengan switch on/off sebanyak 7 pasang.
- Masukkan es batu kedalam baskom.
- Hidupkan rangkaian dengan power supply.
- Masukkan salah satu termokopel kedalam baskom yang berisi es batu.
- Tekan switch menjadi posisi on, jika display menunjukkan angka mendekati nol derajat berarti switch cocok dengan termokopel.
- Beri tanda pada termokopel yang sudah diuji n catat hasilnya.
- Ulangi perlakuan untuk semua termokopel yang tersedia.
- Termokopel telah dikalibrasi dan siap digunakan.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
1. Hasil
Tabel hasil pengukuran :
Sensor
|
Suhu (oC)
|
1
|
4
|
2
|
5
|
3
|
3
|
4
|
3
|
5
|
6
|
6
|
2
|
7
|
7
|
8
|
3
|
9
|
7
|
10
|
5
|
11
|
5
|
12
|
2
|
13
|
4
|
14
|
5
|
2. Pembahasan
Termokopel adalah salah
satu metode yang paling sederhana dan umum digunakan dalam menentukan
temperatur proses. Jika panas diberikan pada sebuah sambungan dua metal yang
berlainan, maka akan dibangkitkan gaya elektromotif (electromotive force) yang
dapat diukur pada sambungan beku (cold) lainnya dari dua metal (konduktor) ini.
Konduktor tersebut, membentuk sebuah rangkaian listrik, dan arus mengalir
sebagai akibat adanya emf yang dibangkitkan. Arus akan terus mengalir dalam
rangkaian tersebut (ditunjukkan pada gambar 2.1) selama T2.¹T1
Karena temperatur sambungan kedua dari metal harus diketahui, kotak es C).
Karena temperatur sambungan kedua dari metal harus diketahui, kotak es C).
Sebagian besar masalah
pengukuran dan kesalahan dengan termokopel adalah karena kurangnya pemahaman
tentang bagaimana termokopel bekerja. Thermocouples dapat menderita dari
penuaan dan akurasi dapat berbeda-beda akibatnya terutama setelah kontak yang
terlalu lama untuk suhu pada ekstremitas dari jangkauan operasi manfaatnya.
Tercantum di bawah ini adalah beberapa masalah yang lebih umum dan perangkap
yang harus diperhatikan.
Kesalahan pengukuran
biasanya disebabkan oleh kebocoran pada termokopel akibat alat tidak pernah
dikalibrasi sehingga alat tidak pernah kembali pada keadaan semula. Dan
termokopel yang telah rusak diganti, penggantian ini juga biasanya akan
bermasalah jika penggantian tipe termokopelnya berbeda, untuk itu harus dicari
jenis yang sama.
Kesalahan pengukuran
juga banyak disebabkan oleh sambungan termokopel tidak disengaja. Ingat bahwa
setiap persimpangan dua logam yang berbeda akan menyebabkan persimpangan. Jika
Anda perlu meningkatkan panjang mengarah dari termokopel Anda, Anda harus
menggunakan jenis yang tepat kawat termokopel ekstensi (misalnya K tipe
termokopel tipe K). Menggunakan jenis lain dari kawat akan memperkenalkan
sebuah persimpangan termokopel. Setiap konektor yang digunakan harus terbuat
dari bahan termokopel yang benar dan polaritas yang benar harus diperhatikan.
Decalibration adalah
proses tidak sengaja mengubah susunan kawat termokopel. Penyebab biasanya
adalah difusi partikel atmosfer menjadi logam pada temperatur yang ekstrem
operasi. Penyebab lainnya adalah kotoran dan bahan kimia dari isolasi menyebar
ke kawat termokopel. Jika beroperasi pada suhu tinggi, cek spesifikasi dari
isolasi probe.
Untuk mengntisipasi
kesalahan yang terjadi termokopel sebelum digunakan dan sesudah digunakan harus
dilakukan kalibrasi secara manual, yaitu dengan mengukur derajat benda yang
mempunyai nilai 0oC yang dalam hal ini dapat digunakan es batu.
KESIMPULAN
DAN SARAN
1. Kesimpulan
- Termokopel adalah salah satu metode yang paling sederhana dan umum digunakan dalam menentukan temperatur proses.
- Termokopel mempunyai tipe-tipe yaitu tipe K, E, J, N, B, R, S, dan T. Setiap tipe mempunyai kalebihan dan kekurangan yang berbeda.
- Keuntungan menggunakan termokopel yaitu biaya yang diperlukan tidak besar, mudah didapat, mudah dalam pengoperasian, mudah dalam perawatan dan hanya membutuhkan tegangan yang kecil.
- Kekurangannya yaitu termokopel adalah alat yang sangat sensitive sehingga kesalahan akan semakin besar jika pengamat tidak teliti dan termokopel cepat rusak.
- Pengkalibrasian alat hrus dilakukan secara manual dengan mengukur suhu nol derajat.
- Saran
Dalam pengukuran dilapangan diperlukan
ketelitian dan sebelum dan sesudahnya alat harus dikalibrasi terlabih dahulu.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2010.termokopel.(http://www.google.com/termokopel).(online).(diakses
pada 7 Desember
2010).
Cooper W.D., 1985, Instrumentasi Elektronik dan Teknik
Pengukuran, Jakarta :
Erlangga.
Samadikun, S, dkk.
1988. Sistem Instrumentasi Elektronika.
Institut Teknologi
Bandung.
Wikipedia.2010.termokopel. (http://www.wikipedia.com/termokopel).(online).
(diakses
pada 7 Desember 2010).
Assalaamu 'alaikum. Boleh share share?
BalasHapuskalo boleh tahu, apakah mbak sudah lama paham mengenai thermocouple mbak?
Ini di Unit PLTU saya ada penggunaan thermocouple tipe K, kemarin kejadian patah dan bengkok. Kira kira apa penyebab utamanya ya mbak? selaind dari sisi lifetime
soalnya dari sisi range temperature, selama ini masih dalam rangenya
Terima kasih
Pengukuran g.g.l pada thermocouple dapat dibagi dalam 2 kategori, apa saja ya mbak?
BalasHapus