Selasa, 18 Oktober 2011

laporan akhir fisika tanah

I.   PENDAHULUAN




A. Latar Belakang

Fisika Tanah berhubungan dengan kondisi dan pergerakan benda dan dengan aliran dan transportasi energi dalam tanah. Kajian fisika tanah bertujuan mencapai pengertian dasar tentang mekanisme pengatur kelakuan tanah dan peranan tanah pada biosfer, termasuk proses-proses yang saling berkaitan seperti pertukaran energi bumi dan siklus air dan transportasi bahan-bahan di lapangan. Pada sisi lain, penerapan fisika tanah bertujuan untuk pengelolaan yang tepat pada tanah dengan cara irigasi, drainase, konservasi tanah dan air, pengolahan tanah, aerasi, dan pengaturan suhu tanah serta kegunaan bahan tanah untuk tujuan ketehnikan.
Fisika tanah dipandang sebagai ilmu dasar dan ilmu terapan dengan cakupan yang sangat luas. Sebagian besar berkaitan juga dengan cabang lain ilmu tanah dan juga saling berkaitan dengan ilmu ekologi bumi, hidrologi, mikriklimatologi, geologi, sedimentologi, botani dan agronomi. Fisika tanah sangat erat kaitannya dengan profesi ketehnikan bidang mekanika tanah yang mempelajari tanah terutama sebagai bahan bangunan dan penyangga beban.
Kemampuan untuk menyangga pertumbuhan tanaman, kapasitas drainase dan penyimpanan air, plastisitas, kemudahan untuk ditembus akar, aerasi dan kemampuan retensi hara, semuanya berkaitan erat dengan kondisi fisik tanah. Tekstur tanah mungkin merupakan sifat tamah yang lebih permanen dan terpenting dan akan dibahas pertama kali.
Tekstur dan Ukuran Butir Tanah Tekstur tanah menunjukkan kasar atau halusnya suatu tanah. Iatilah tekstur menyiratkan hal yang kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif, tekstur menyatakan rasa dari bahan tanah, apakah kasar dan terasa berpasir atau halus dan lembut. Pemanfaatan fungsi tanah sebagai media tumbuh dimulai sejak peradaban manusia mulai beralih dari manusia pengumpul pangan yang tidak   menetap menjadi manusia pemukim yang mulai malakukan pemindah tanaman pangan atau nonpangan kea real dekat mereka tinggal. 
Pada tahap berikutnya, mulai berkembang pemahaman fungsi tanah sebagai media penyedia nutrisi bagi tanaman tersebut, sehingga produksi yang di capai tanaman tergantung pada kemampuan tanah dalam penyediaan nutrisi ini (kesuburan tanah).  Dengan berkembangnya areal pemukiman atau perkotaan , terjadi benturan kepentingan antara kebutuhan lahan untuk sarana transportasi dan pendirian bangunan dengan kebutuhan lahan petanian, yang seringkali menyebabkan tergusurnya lahan pertanian yang produktif semata-mata karena alaan finansial.

  1. Tujuan
            Untuk memperoleh informasi mengenai beberapa sifat fisik tanah yang berupa stabilitas agregat, kadar air, tekstur dan indeks plastisitas tanah di kebun percobaan Fakultas Pertanaina Universitas Sriwijaya.


                                     












II.   TINJAUAN PUSTAKA




A.   Sifat Fisik Tanah
 Pengembangan pertanian lahan kering seringkali menghadapi berbagai kendala, seperti fisik, kimia dan biologi tanah serta ketersediaan air, yang semuanya menyebabkan produktivitasnya sangat rendah. Di daerah transmigrasi, sering dijumpai lahan kering yang telah dibuka dan dikembangkan untuk lahan pertanian kondisi tanahnya sangat memprihatinkan. Produktivitas tanah sangat rendah yang dicerminkan oleh indeks pertanaman (IP) palawija sekitar 0,27-0,83 dengan hasil atau produksi yang sangat rendah pula (Amien, 1999).
Sifat-sifat fisik tanah diketahui, sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Kondisi fisik tanah menentukan penetrasi akar didalam tanah, retensi air, drainase, aerasi dan nutrisi tanaman. Sifat fisika tanah juga mempengaruhi sifat-sifat kimia dan biologi tanah Sifat-sifat fisik tanah tergantung pada jumlah, ukuran, bentuk, susunan, dan komposisi mineral dari partikel-partikel tanah;. macam dan jumlah bahan organik, volume dan bentuk pori-porinya serta perbandingan air dan udara menempati pori-pori pada waktu tertentu. Beberapa sifat fisika tanah yang penting adalah tekstur, struktur, kerapan (density) porositas, konsistensi, warna dan suhu.
Kemunduran sifat fisik, kimia, dan biologi tanah menyebabkan terjadinya proses degradasi lahan, yaitu produktivitas lahan menjadi lebih rendah, baik sementara maupun tetap, sehingga pada akhirnya lahan tersebut menjadi kritis.
Penyebab utama kemunduran produktivitas tanah tersebut adalah erosi karena kurang cepatnya pengelolaan lahan dan curah hujan yang tinggi. Penyebab kerusakan tanah tersebut selain karena erosi juga proses-proses lain seperti penggurunan (desertification), pemasaman (acidification), penggaraman (salinisation), polusi (pollution), pemadatan (compaction), genangan (waterlogging), penurunan permukaan tanah organik (subsidence) dan penurunan tinggi muka air (Kurnia et al., 2002). Telah  dijelaskan sebelumnya bahwa fungsi tanah pertama sebagai media tumbuh adalah sebagai tempat akar mencari ruang untuk berpenetrasi (menelusup). Baik secara lateral maupun secara horizontal maupun secara vertikal.    Kemudahan tanah untuk dipenetrai ini tergantung pada ruang pori-pori yang terbentuk di antara paertikel-partikel tanah (tekstur dan struktur), sedangkan stabilitas ukuran ruang ini tergantung pada konsistensi tanah terhadap pengaruh tekanan.
Sifat-sifat fisik tanah tergantung pada jumlah, ukuran, bentuk, susunan, dan komposisi mineral dari partikel-partikel tanah; macam dan jumlah bahan organik, volume dan bentuk pori-porinya serta perbandingan air dan udara menempati pori-pori pada waktu tertentu. Beberapa sifat fisika tanah yang penting adalah tekstur, struktur, kerapan (density) porositas, konsistensi, warna dan suhu. Di Indonesia, degradasi lahan merupakan masalah yang sangat serius terutama pada areal pertanian lahan kering, Indonesia memiliki lahan kritis yang sangat luas (sekitar 10,9 juta ha) yang tersebar di berbagai propinsi. Penyebab utama kemunduran produktivitas tanah tersebut adalah erosi karena kurang cepatnya pengelolaan lahan dan curah hujan yang tinggi. Penyebab kerusakan tanah tersebut selain karena erosi juga proses-proses lain seperti penggurunan (desertification), pemasaman (acidification), penggaraman (salinisation), polusi (pollution), pemadatan (compaction), genangan (waterlogging), penurunan permukaan tanah organik (subsidence) dan penurunan tinggi muka air (Kurnia et al., 2002). Kemunduran sifat fisik, kimia, dan biologi tanah menyebabkan terjadinya proses degradasi lahan, yaitu produktivitas lahan menjadi lebih rendah, baik sementara maupun tetap, sehingga pada akhirnya lahan tersebut menjadi kritis.
            Sifat fisik lain yang penting adalah warna dan suhu tanah.  Warna mencerminkan jenis mineral penyususn tanah, reaksi kimiawi, intensitas pelindian dan akumulasi bahan-bahan yang terjadi, sedangkan suhu merupakan indicator energi matahari yang dapat diserap oleh bahan-bahan penyusun tanah.
Secara keseluruhan sifat-sifat fisik tanah ditentukan oleh :
(1) ukuran dan komposisi partikl-partikel hasil pelapukan bahan penyusun tanah,
(2) jenis dan proporsi komponen-komponen penyususn partikel-partikel ini.
(3) keseimbanagn antara  suplai air, energi dan bahan dengan kehilanngannya.
(4) intensitas reaksi kimiawi dan biologis yang telah atau sedang berlangsung.
Adapun yang menjadi cirri sifat fisik tanah , yatiu : tekstur, struktur, konsistensi tanah, porositas, aerasi tanah, temperatur tanah dan warna tanah.
B.  Tekstur
            Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah (separate) yang dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relatif antara fraksi pasir (sand) (berdiameter 2,00 – 0,20 mm atau 2000 – 200 µm, debu (silt) (berdiameter 0,20 – 0,002 mm atau 200 – 2 µm) dan liat (clay) (<2 µm).  Partikel berukuran di atas 2 mm seperti krikil dan bebatuan kecil tidak tergolong sebagai fraksi tanah, menurut Lal (1979) harus diperhitungkan dalam evaluasi tekstur tanah. Makin kecil ukuran separat berarti makin banyak jumlah dan makin luas permukaannya per satuan bobot tanah , yang menunjukkan makin padatnya partikel-partikel persatuan volume tanah .
           Hal ini berarti makin banyak ukuran pori mikro yang terbentuk , sebaliknya jika ukuran sparat makin besar. Tanah didominasi pasir akan  banyak mempunyai pori-pori makro (besar) disebut lebih poreus, tanah yang didominasi oleh debu  akan banyak mempunyai pori-pori meso (sedang) agak poreus, sedangkan yang didominasi oleh liat akan banyak mempunyai pori-pori mikro (kecil) atau tidak poreus .  Hal ini berbanding terbalik dengan luas permukaan yang terbentuk , luas permukaan mencerminkan luas situs yang dapat bersentuhan dengan air, energi atau bahan lain, sehingga makin dominant fraksi pasir akan semakin kecil daya menahan tanah terhadap ketiga material ini, dan sebaliknya jika liat yang mendominasi.
Tekstur tanah penting kita ketahui oleh oleh karena posisi ketiga fraksi butir-butir tanah tersebut akan menentukan sifat-sifat fisika, dan kimia tanah. Sebagai contoh besarnya lapangan pertukaran ion-ion dalam tanah amat ditentukan oleh tekstur tanah. Terdapat beberapa metoda analisa mekanis, tetapi hanya dua metoda yang acapkali digunakan, yakni metoda pipet dan metoda hydrometer bouyoucos.
Tekstur tanah menunjukkan kasar atau halusnya suatu tanah. Teristimewa tekstur merupakan perbandingan relatif pasir, debu dan liat atau kelompok partikel dengan ukuran lebih kecil dari kerikil (diameternya kurang dari 2 milimeter). Pada beberapa tanah, kerikil, batu dan batuan induk dari lapisan-lapisan tanah yang ada juga mempengaruhi tekstur dan mempengaruhi penggunaan tanah.
Tekstur tanah diartikan sebagai proporsi pasir, debu dan liat yang dinyatakan dalam %. Partikel ukuran lebih dari 2mm, bahan organik dan agen perekat seperti kalsium  karbonate harus dihilangkan sebelum menentukan tekstur.  Tekstur tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi karena  terdapatnya perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu dan liat yang terkandung pada tanah (Badan Pertanahan Nasional). dari ketiga jenis fraksi tersebut partikel pasir mempunyai ukuran diameter paling besar yaitu 2 - 0.05 mm, debu dengan ukuran 0.05 - 0.002 mm dan liat dengan ukuran < 0.002 mm (penggolongan berdasarkan USDA). keadaan tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap keadaan sifat-sifat tanah yang lain seperti struktur tanah, permeabilitas tanah, dan porositas
Tanah bertekstur sama misal geluh berdebu mempunyai sifat fisika dan kimia yang hampir sama dengan syarat mineralogi liat Tekstur tanah ditentukan di lapangan dengan cara melihat gejala konsistensi dan rasa perabaan menurut bagan alir dan di laboratorium dengan metode pipet atau metode hydrometer. Tekstur tanah menentukan tata air, tata udara, kemudahan pengolahan dan struktur tanah.Dari berbagai pengamatan cirri tekstur tanah, ternyata KTK tanah berbanding lurus dengan jumlah butir liat ..
Penetapan tekstur dilaboratorium dapat dilakukan dengan analisa mekanis, proses-proses penentuan separat-separat dibawah ukuran dua mm, ialah pasir, debu dan liat dinamakan analisa mekanis. Anilisa mekanis ini umumnya dilakukan dilaboratorium dan merupakan bagian yang harus ditetapkan. Sebelum analisa mekanis dijalankan, contoh tanah kering udara harus dihancurkan lebih dahulu, kemudian disaring dengan ayakan 2mm. semua kerikil, sisa tanaman seperti daun dan lainnya akan dibuang.
Untuk memperoleh hasil analisa yang akurat, maka pentng dilakukan adalah menghancurkan bahan organic dan penambahan hydrogen- peroksida kedalam contoh tanah: perlakuan ini juga bermaksud untuk menyingkirkan bahan-bahan pengikat seperti karbonat-karbonat dan oksida-oksida dengan penambahan asam chloride, selanjutnya, agar partikel-partikel tanah itu terdispersi sempurna ditambahkan pula natrium hidroksida.
Kedalaman atau solum, tekstur, dan struktur tanah menentukan besar kecilnya air limpasan permukaan dan laju penjenuhan tanah oleh air. Pada tanah bersolum dalam (>90 cm), struktur gembur, dan penutupan lahan rapat, sebagian besar air hujan terinfiltrasi ke dalam tanah dan hanya sebagian kecil yang menjadi air limpasan permukaan (longsor). Sebaliknya, pada tanah bersolum dangkal, struktur padat, dan penutupan lahan kurang rapat, hanya sebagian kecil air hujan yang terinfiltrasi dan sebagian besar menjadi aliran permukaan (longsor).Pengaruh struktur dan tekstur tanah terhadap pertumbuhan tanaman terjadi secara langsugung. Struktur tanah yang remah (ringan) pada umumnya menghasilkan laju pertumbuhan tanaman pakan dan produksi persatuan waktu yang lebih tinggi dibandingkan dengan struktur tanah yang padat. Jumlah dan panjang akar pada tanaman makanan ternak yang tumbuh pada tanah remah umumnya lebih banyak dibandingkan dengan akar tanaman makanan ternak yang tumbuh pada tanah berstruktur berat.
Sifat kimia, fisika dan mineralogi partikel tanah tergantung pada ukuran partikelnya. Semakin kecil ukuran partikel maka luas permukaannya semakin besar. Jadi, luas permukaan fraksi liat > fraksi debu > fraksi pasir. 12 kelas tekstur yaitu pasir, liat, debu, lempung, pasir berlempung, lempung berpasir, lempung berdebu, lempung liat berpasir, liat berpasir, lempung berliat, lempung liat berdebu, liat berdebu.

C.    Kadar Air
            Air merupakan komponen utama tubuh tanaman,bahkan hamper 90% sel-sel tanaman dan mikrobia terdiri dari air.  Air yang diserap tanaman di samping berfungsi sebagai komponen sel-selnya, juga berfungsi sebagai media reaksi pada hamper seluruh proses metabolismenya yang apabila telah terpakai diuapkan melalui mekanisme transpirasi, yang bersama-sama dengan penguapan dari tanah sekitarnya (evaporasi) disebut evapotranspirasi.
Air merupakan komponen penting dalam tanah yang dapat menguntungkan dan kadangkala merugikan.  Secara garis besar peran air tanah yang menguntungkan meliputi: (1)   sebagai pelarut dan pembawa ion-ion hara dari rhizosfer ke dalam akar kemudian ke daun. (2)   sebagai sarana transportasi dan pendistribusi nutrisi jadi dari daun ke seluruh bagian tanaman. (3) sebagai komponen kunci dalam proses fotosintesis , asimilasi, sintesis maupun respirasi tanaman. (4)  sebagai agen pemicu pelapukan bahan induk, perkembangan tanah dan diferensiasi horizon. (5)  sebagai pelarut dan pemicu reaksi kimiawi penyediaan unsur hara tidak tersedia bagi tanaman. (6) sebagai penopang aktivitas mikrobaia dalam merombak unsure hara tersedia  Menjadi tersedia bagi tanaman. (7) sebagai pembawa oksigen terlarut ke dalam tanaman. (8) sebagai stabilisator temperature tanah. (9) mempermudah pengolahan tanah. (10) di persawahan , genangan air akan menghambat pertumbuhan gulma dan sebagai sarana pemupukan lewat air irigasi (pugasi). (11)   sebagai pelarut pupk dan festisida.
            Kadar air merupakan jumlah air yang terkandung dalam tanah yang dinyatakan dalam (%). Kadar air adalah jumlah air yang masuk kedalam tanah yang dinyatakan dalam persen. Pada volume tanah tertentu kadar air biasanya tinggi, kekurangan udara dapat menjadi penghambat pertumbuhan maksimum pada kelembaban tanah berada pada sekitar kapasistas lapang. Kadar air tanah dibagi menjadi tiga bagian yaitu air berlebihan air tersedia dan air tidak tersedia.
Jumlah air tanah dapat dinyatakan dengan berbagai cara , ada yang menyatakan air tanah dengan menggunakan istilah kapasitas lapang dari suatu kondisi tanah itu berarti memperhatikan kondisi dari sifat fisik suatu tanah tersebut.
            Kapasitas lapang adalah kemampuan dari suatu tanah untuk mengikat air dalam lapisan gravitasi bumi, pada kadar air tinggi kurangnya udara dapat mengakibatkan terjadinya penghambatan pertumbuhan tanaman.  Kecepatan pertumbuhan tanaman mencapai maksimum pada keadaan tanah yang memiliki kelembaban maksimum pada keadaan tanah yang memiliki kelembaban yang berada di sekitar kapasitas lapang.
Air tanah berhubungan langsung dengan gaya adhesi dan gaya kohesi dalam tanah, gaya adhesi merupakan gaya tarik menarik antara partikel-partikel tanah dan molekul
molekul air yang umumnya memiliki bentuk kristal, ada lapisan tipis pada permukaan tanah tidak tersedia untuk tanaman dan untuk permukaan tanah kering berwujud seperti debu dalam kuarsa.  Sedangkan air kohesi dalam tanah diikat oleh gaya tarik menarik antara molekul-molekul air satu dengan yang lainnya melalui ikatan H, ada dalam bentuk cairan didalam lapisan partikel-partikel tanah dalam ruang pori mikro dan mendekati larutan tanah.
            Cara untuk menyatakan jumlah air yang terdapat didalam tanah adalah dengan cara  persentase terhadap tanah kering. Bobot tanah lembab tidak dipakai karena bergelonjak dengan kadar airnya. Kadar air juga dapat dinyatakan dalam persen volume yaitu persentase air terhadap volume tanah. Cara ini mempunyai keuntungan karena dapat memberikan gambaran tentang ketersediaaan air bagi tumbuhan pada volume tanah tersebut.
Air tersedia (air yang dapat diserap langsung tanaman) adalah air yang ditahan tanah pada kondisi kapasitas lapang hingga koefisien layu, namun makin mendekati koefisien layu tingkat ketersediaan makin rendah. Oleh karena itu untuk mencukupi kebutuhan tanaman,suplai air harus diberikan apabila 50-85% air tersedia telah habis terpakai, terdiri dari sebagian air kapiler (air adhesi dan sedikit air kohesi) dan seluruh air hidokopis (air kristal).(hanafia,2004)
Rumus :
                KA = (BTBM - BTKM) / BTKM * 100 %

D.    Stabilitas Agregat
            Partikel-partikel primer di dalam tanah tergabung dalam suatu kelompok yang dinamakan sebagai agregat tanah, yang merupakan satuan dasar struktur tanah (Baver et al., 1972; Theng, 1987). Agregat terbentuk diawali dengan suatu mekanisme yang menyatukan partikel-partikel primer membentuk kelompok atau gugus (cluster) dan dilanjutkan dengan adanya sesuatu yang dapat mengikat menjadi lebih kuat (sementasi).
Stabilitas agregat tanah tergantung dari kekuatan pelaku penyemen dalam menghadapi gaya perusak yang berasal dari luar. Agregasi yang tinggi belum tentu menguntungkan apabila tidak diikuti dengan stabilitas agregat yang cukup (Partoyo, 1997). Koorevaar et al. (1987) dan Baver et al. (1972) menyatakan bahwa agregat yang mantap ialah agregat yang tidak terurai oleh air maupun gaya-gaya perusak mekanik.
Pembentukan agregat yang mantap melibatkan berbagai bahan sementasi baik koloid organik maupun koloid anorganik (Voorhees et al., 1971; Quirk 1987; Glauser et al., 1988; Robenson et al., 1995 ; Alekseeva & Alekseev, 1998). Agregat yang mantap tidak dapat terjadi pada fraksi pasir atau debu tanpa adanya bahan-bahan koloidal (Baver et al., 1972).
Stabilitas agregat dalam air (water-stable aggregate, SA) dinyatakan dalam persen berat ditetapkan dengan satu mata ayakan (single nest method) tertentu. Stabilitas agregat ditakrifkan sebagai jumlah agregat yang masih tertinggal di atas ukuran ayakan tertentu dikurangi dengan persen pasir berukuran di atas ukuran ayakan tersebut. Metode baku (internasional) menggunakan ayakan 0,25 mm (atau 0,3mm) yang oleh Kemper (1965).
Dalam penelitian ini pembasahan lambat tidak dilakukan dengan alat vakum melainkan pembasahan dilakukan melalui kapiler dan alkohol, sebagai pendekatan untuk pembasahan dengan alat vakum.
Kemantapan agregat adalah ketahanan rata-rata agregat tanah melawan pendispersi oleh benturan tetes air hujan atau penggenangan air. Kemantapan tergantung padaketahanan jonjot tanah melawan daya dispersi air dan kekuatan sementasi atau pengikatan,Faktor-faktor yang berpengaruh dalam kemantapan agregat antara lain bahan-bahan penyemen agregat tanah, bentuk dan ukuran agregat, serta tingkat agregasi Stabilitas agregat yang terbentuk tergantung pada keutuhan tanag permukaan agregat pada saat rehidrasi dan kekuatan ikatan antarkoloid-partikel di dalam agregat pada saat basah. Pentingnya peran lendir (gum) microbial sebagai agen pengikat adalah menjamin kelangsungan aktivitas mikroba dalam proses pembentukan ped dan agregasi.
Stabilitas agregat tanah dinyatakan dalam parameter persentase agregasi (PA), stabilitas agregat (SA), indek stabilitas agregat (ISA), dan rerata berat diameter (MWD). Perlu dijelaskan bahwa dalam penelitian ini digunakan 2 jenis ukuran agregat awal yaitu agregat lolos ayakan 8 mm (Metode Soekodarmodjo et al., 1987) untuk parameter PA20B, PA03B, PA20K, PA03K, SA20B, SA03B, ISA, MWDk, MWDb; agregat 8 mm – 4,75 mm untuk SA64ls, SA64al, RSI dan SI; dan menggunakan agregat berukuran 2 mm – 1 mm (Metode Kemper, 1965) untuk SApiro, SAOx, SADit, SAcpt, SAlmb, dan SAalk.
Walaupun demikian agregat tanah yang terbentuk dari proses pengeringan mudah terdispersi kembali. Hasil penelitian Caron et al. (1992) menunjukkan bahwa persentase agregasi pada lahan yang ditanami jagung terus-menerus (selama 20 tahun) lebih rendah dari lahan ditanami 3 tahun bromegrass (sejenis rumput). Dari gambar 1(A) terlihat bahwa strukturisasi Vertisol paling tinggi diikuti Inceptisol dan Alfisol. Hal ini diduga berkaitan dengan jenis mineral lempung yang dominan. Rendahnya strukturisasi Alfisol berkaitan dengan rendahnya kandungan senyawa Fe oksida dan Fe organik di dalam tanah.
Stabilitas agregat mantap air agregat di atas 2,0 mm (SA20B), agregat di atas 0,3 mm (SA03B) dan indeks stabilitas agregat (ISA) rata-rata (dan kisaran) berturut-turut untuk Alfisol 15.18% (2.47-23.80%), 68.44% (58.10-77.40%) dan 29.41% (24.05-31.87%); untuk Vertisol 37.88% (36.06-39.84%), 83.34% (81.87-84.56%) dan 30.03% (28.93-31.14%); sedang untuk Inceptisol 25.11% (11.18-41.78%), 77.78% (71.15-84.72%) dan 30.98% (25.20-35.86%). Berdasarkan harkat Soekodarmodjo et al. (1984) maka tanah-tanah ini memiliki indeks stabilitas agregat (ISA) yang tergolong tidak mantab (< 40%).
Di pihak lain dengan metode Kemper (1965) diperoleh hasil yang cukup tinggi yaitu stabilitas agregat tanah (SA03B) untuk Alfisol tergolong mantap, Vertisol tergolong sangat mantap dan Inceptisol tergolong mantap. Menurut Sri Hastuti (komunikasi pribadi) metode De Boodt (cit. Soekodarmodjo et al., 1984), ISA hanya cocok untuk penilaian erosi tanah. Amezketa et al. (1996) juga menemukan hal yang sama bahwa stabilitas agregat mantap air (SA03B) tidak menunjukkan adanya korelasi yang nyata terhadap komponen erosi tanah (seperti erosi percik, laju aliran permukaan, laju infiltrasi, dan erosi total). Kondisi ini dapat difahami bahwa dilihat dari selisih nilai yang begitu besar antara stabilitas agregat di atas 2 mm (SA20B) dengan stabilitas agregat di atas 0,3 mm (SA03B) yang mendekati 50%, menunjukkan bahwa agregat yang terbentuk didominasi oleh agregat-agregat yang berukuran kurang dari 2 mm, dan agregat ini bila terlepas mudah terangkut oleh aliran air permukaan.
Bahan sementasi baik berupa senyawa organik maupun oksida Fe-Al kristalin maupun amorf berperan besar terhadap peningkatan stabilitas agregat. Hasil pelarutan selektif menunjukkan bahwa stabilitas agregat turun dengan drastis apabila bahan sementasi agregat dihilangkan, terlihat dari nilai SApiro, SAOx, dan SADit. Nilai stabilitas agregat pirofosfat, oksalat dan ditionit-sitrat mempunyai rata-rata (dan kisaran) untuk Alfisol berturut-turut 5.62% (1.80-12.71%), 10.15% (2.21-18.02%).











III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM



A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini diilaksanakan di laboratorium di Jurusan Tanah pada bulan September-November 2010.

B. Alat dan bahan

Alat yang digunakan yaitu, 1) Ring sampel, 2) Timbangan digital, 3) Gelas mixer, 4) Alat pengaduk, 5) Tabung silinder, 6) Hydrometer, 7) Alat pengayakan basah, 8) Cawan petri, 9) Oven, 10) pF meter, 11) Beaker plastic, 12) Piringan alat pengukur limit liquid, dan 13) Papan kaca.
            Bahan yang digunakan yaitu, 1) Sampel tanah, 2) Air, dan 3) Larutan calgon.

A.  Cara Kerja

A. Penetapan Tektur tanah

1.      Timbang 50 gr tanah kering udara yang telah diayak pada timbangan digital.
2.      Letakkan tanah pada gelas mixer yang ditambahkan larutan calgon 10 ml dan tambahkan air sampai  campuran ±400 ml.
3.      Letakkan pada alat pengaduk lalu aduk selama 30 menit.
4.      Masukkan kedalam tabung silinder dan tambahkan air sampai batas yang telah ditentukan.
5.      Masukkan hydrometer.
6.      Hitung selama 40 detik lalu lihat nilai pada hydrometer.
7.      Catat hasilnya.
B.     Penetapan Kadar Air
1.      Ambil sampel tanah dilapangan dengan menggunakan ring sampel.
2.      Rendam ring sampel + sampel tanah selama 24 jam.
3.      Masukkan dalam pF meter pada tekanan 0 bar tunggu selama 24 jam. Timbang kemudian masukkan kembali ke dalam pF meter pada perlakuan 1 bar, 1.5 bar, 1.8 bar dan 2.0 bar dengn perlakuan yang sama.
4.      Catat hasilnya.
C.    Penetapan Stabilitas Agregat
1.      Timbang sampel bongkahan tanah sebanyak 250 gr pada masing-masing sampel.
2.      Siapkan ayakan I = 2,00mmm, II = 1,00 mm, III = 500 µm = 0,5 mm, IV = 250 µm = 0,25 mm.
3.      Letakkan sampel tanah diayakan dan masukkan kedalam alat pengayakan basah yang telah diisi air sampai sampel tanah terendam.
4.      Atur alat selama 30 menit dan ayak.
5.      Masukkan hasilnya dalam cawan petri yang sebelumnya cawan ditimbang terlebih dahulu.
6.      Di oven selama 24 jam.
7.      Timbang sampel tanah dan catat hasilnya.
B.     Penetapan Indeks Plastisitas
 I. Liquid Limit
1.      Timbang tanah sebanyak 100 gram pada masing-masing sampel tanah letakkan pada beaker plastic.
2.      Tambahkan air sekitar ± 20 ml sampai sampel tanah tercampur dan masukkan dalam piringan alat pengukur liquid limit. Kerok tanah bagian tengah piringan selebar ± 1 cm.
3.      Kemudin ketok sampel tanah sampai padat minimal 25 kali, lakukan hal yang sama untuk smpel yang kedua.
4.      Masukkan masing-masing  sampel kedalam cawan petri, timbang dan masukkan dalam oven dengan suhu 104oC selama 24 jam.
5.      Setelah kering keluarkan dan dinginkan.
6.      Kemudian timbang sampel tanah dan catat hasilnya.
7.      Hitung kadar airnya.
II. Plastic Limit
1.Timbang 8 gram masing-masing sampel tanah (tanah basah dan tanah kering) masukkan dalam beaker plastic.
2.Tambahkan air dalam beaker plastic sampai sampel tanah dan air menyatu/homogen. Jangan sampai terlalu basah atau terlalu kering.
3.Bentuk sampel tanah yang telah agak basah menjadi seperti bola lalu digulung di papan kaca hingga menjadi seperti silinder yang panjang. Setelah itu potong jadi bagian kecil dan bentuk bola kembali, kemudian buat seperti silinder lagi.
4.Kemudian potong kembali sampel tanah tersebut dan stukan kembali.
5.Lakukan sampai sampel tanah tidak dapat menyatu lagi.
6.Timbang sampel tanah letakkan dalam cawan petri yang telah ditimbang beratnya.
7.Kemudian oven dengan suhu 104oC selama 24 jam kemudian timbang kembali.

















IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN



A.    HASIL
1.      Tekstur
Sampel
R1
R2
%P
%L
%D
Tanah Kering
12
9
70,4
23,6
6
Tanah Basah
12
10
70,4
25,6
4

Perhitungan
W = 50 gr
T = T1 = T2 = 27OC

Tanah Kering :
% Pasir            =  (W – ( R1 + (T1 - 20) x 0,4 )) x 2
                        = (50 – 12 + ( 27 – 20) x 0,4)) x 2
                        = 70,4%
%Liat              = (R2 + (T2 – 20) x 0,4) x 2
                        = (9 – (27 – 20) x 0,4) x 2
                        = 23,6%
%Debu            = 100% - (%Pasir + %Liat)
                        = 100% - (70,4% + 23,6%)
                        = 6%
Tanah Basah :
% Pasir            =  (W – ( R1 + (T1 - 20) x 0,4 )) x 2
                        = (50 – 12 + ( 27 – 20) x 0,4)) x 2
                        = 70,4%
%Liat              = (R2 + (T2 – 20) x 0,4) x 2
                        = (10 – (27 – 20) x 0,4) x 2
                        = 25,6%
%Debu            = 100% - (%Pasir + %Liat)
                        = 100% - (70,4% + 25,6%)
                        = 4%
2.      Stabilitas Agregat
Sampel
L1
L2
L3
L4
Tanah Kering
97,95 gr
9,08 gr
15,04 gr
18,2 gr
Tanah Basah
52,04 gr
6,52 gr
8,33gr
8,33 gr

Perhitungan :
-1,00 mm = ( 1mm + 2 mm) / 2 = 1,5 mm
- 0,5 mm = (0,5 mm + 1 mm) / 2 = 0,75 mm
- 0,25 mm = (0,25 mm + 0,5 mm) / 2 = 0,375 mm

Agregat untuk tanah kering :
·   1,5 mm x 9,08 gr = 13,62 mmg
·   0,75 mm x 15,04 gr = 11,28 mmg
·   0,375 mm x 18,2 gr = 6,825 mmg
Jumlah agregat makro = 13,62 + 11,28 = 24,9 mmg
Jumlah agregat mikro = 6,825 mmg

Agregat untuk tanah basah :
·   1,5 mm x 6,52 gr = 9,78 mmg
·   0,75 mm x 8,33 gr = 6,25 mmg
·   0,375 mm x 8,33 gr = 3,12 mmg
Jumlah agregat makro = 9,78 + 6,25 = 16,03 mmg
Jumlah agregat mikro = 3,12 mmg

3.      Kadar air

Tabel hasil pengukuran :
Tekanan
Berat tanah basah (gr)
Berat tanah kering (gr)
Sampel 1
Sampel 2
Sampel 1
Sampel 2
0   bar
55,05
59,97
55,39
53,79
1,0 bar
54,02
60,21
55,91
55,59
1,5 bar
54,12
60,32
56,18
55,84
1,8 bar
54,04
60,28
56,02
55,67
2,0 bar
54,02
60,28
55,99
55,60

Grafik kadar air dan tekanan :
1.      Sampel 1 Basah


2.      Sampel 2 basah

3.      Sampel 1 kering


4.      Sampel 2 kering



4.      Indeks Plastisitas

a. Liquid Limit

Sampel
BC
 Sebelum di oven + BC
Sesudah di oven + BC
Berat tanah awal
Berat tanah akhir
Tanah kering
46,90 gr
109,03 gr
84,74 gr
62,13 gr
37,84 gr
Tanah Basah
42,68 gr
120,20 gr
85,77 gr
77,52 gr
43,09

b.      Plastic Limit

Sampel
BC
 Sebelum di oven + BC
Sesudah di oven + BC
Berat tanah awal
Berat tanah akhir
Tanah kering
28,83 gr
39,30 gr
35,99 gr
10,47 gr
7,16 gr
Tanah Basah
22,79 gr
31,61 gr
29,90 gr
8,82 gr
7,11 gr



B.     PEMBAHASAN
1.      Tekstur tanah
            Pada praktikum penetapan tekstur dilaboratorium dengan menggunakan alat hydrometer didapatkan hasil pada sampel tanah kering persen pasir yaitu sebesar 70,4%, persen liat 23,6 % dan persen debu sebesar 6%. Hal ini menunjukkan bahwa fraksi pasir mendominasi sampel tanah ini, tekstur tanah ini adalah termasuk pada liat berpasir.
            Pada sampel kedua pada tanah basah didapatkan hasil yang tidak berbeda jauh yaitu sebesar 70,4% fraksi pasir, 25,6% fraksi liat dan 4% fraksi debu. Sama seperti tanah pada lahan kering tanah pada lahn bsah ini juga memiliki tekstur liat berpsir. Penentuan tekstur dengan menggunakan metode hydrometer ini prinsipnya didasarkan pada kecepatan jatuh partikel tanah ke dasar permukaan air.
Tekstur tanah disini dapt didefinisikan sebagai perbandingan relative antara fraksi pasir, debu dan liat yang dinyatakan dalam persen.  Tekstur tanah penting kita ketahui oleh oleh karena posisi ketiga fraksi butir-butir tanah tersebut akan menentukan sifat-sifat fisika, dan kimia tanah. Sebagai contoh besarnya lapangan pertukaran ion-ion dalam tanah amat ditentukan oleh tekstur tanah. Sifat kimia, fisika dan mineralogi partikel tanah tergantung pada ukuran partikelnya.Semakin kecil ukuran partikel maka luas permukaannya semakin besar. Jadi luas permukaan fraksi lempung > fraksi debu> pasir. Tekstur tanah diartikan sebagai proporsi pasir, debu dan liat yang dinyatakan dalam %.
2. Stabilitas Agregat
            Penentuan stabilitas agregat disini diperlukan untuk mengetahui jumlah agregat makro dan agregat mikro suatu jenis tanah tertentu. Dari praktikum ini didapat jumlah agregat makro yakni sebanyak 24,9 mgr dan agregat mikronya 6,825 mgr pada tanah lapangan kering dan untuk tanah pada kondisi basah didapatkan hasil jumlah agregat makro sebesar  16,03 mgr dan agregat mikronya sebesar 3,12 mgr. penentuan stabilitas agregat ini menggunkn alat pengayakan basah dimana alat harus diisi air hingga sampel tanah terendam. Hal inilah yang menyebabkan banyaknya berat tanah yang hilang.
            Berat tanah berkurang karena partikel tanah yang sangat halus yang dapat meloloskan partikelnya pada ayakan akan larut bersama air dan kemudian mengendap didasar alat pengayakan basah. Dari praktikum ini diketahui tanah yang memiliki jumlah agregat mikro yang lebih besar dari pada agregat makronya, tanah tersebut lebih tidak mantap atau tidak stabil. Begitu juga sebaliknya jika agregat makronya lebih besar.
            Kemantapan agregat adalah ketahanan rata-rata agregat tanah melawan pendispersi oleh benturan tetes air hujan atau penggenangan air. Kemantapan tergantung pada ketahanan jonjot tanah melawan daya dispersi air dan kekuatan sementasi atau pengikatan. Struktur tanah disyarati oleh tekstur, adanya bahan organik dan bahan-bahan perekat lain serta nisbah atau perbandingan antara berbagai kation yang ada dalam tanah. Struktur tanah berpengaruh penting atas regim udara dan air dalam tanah, antaran hidrolik dan konsekuensinya yang berpengaruh atas pertumbuhan akar dan kegiatan biologi dalam tanah. 

3.Kadar Air
            Penetapan kadar air pada praktikum ini menggunakan alat gravimetric (pF meter). Alat ini prinsip kerjanya mengalirkan air untuk memompa tekanan agar tetp stabil pada panel yang akan digunakan. Alat ini mempunyai kapasitas tekanan sebesar 2 bar. Pada percobaan yang dipakai yaitu pada tekanan 0 bar, 1 bar, 1,5 bar, 1,8 bar dan 2,0 bar.
Kadar air disini dapat diartikan : Kadar air adalah jumlah air yang masuk kedalam tanah yang dinyatakan dalam persen. Pada volume tanah tertentu kadar air biasanya tinggi, kekurangan udara dapat menjadi penghambat pertumbuhan maksimum pada kelembaban tanah berada pada sekitar kapasistas lapang. Kadar air tanah dibagi menjadi tiga bagian yaitu air berlebihan air tersedia dan air tidak tersedia.
Data yang diperoleh tersebut dapat dihubungkan dengan grafik hubungan antara tekanan dan berat tanah yang diamati, maka dapat dilihat dengan jelas peranan tekanan terhadap jumlah kandungan air tanah.

4.      Indeks Plastisitas
            Indeks plastisitas disini mencakup tentang liquid limit atau batas cairan dan plastic limit atau batas plastis. Pada percobaan penentuan batas cairan dimana contoh tanah yang dimasukkan dan diketok sampai menyatu kembali, semakin cepat menyatu berarti cairan yang dikandung tanah tersubut tinggi dan sebaliknya jika tanah lambat menyatu berarti kandungan cairan sedikit, batas cairannya rendah. Pada tanah basah hanya diperlukan 25 kali ketuk tetapi saat perlakuan pada tanah lapangan kering membutuhkan >100 kali ketukan baru tanah dapat menyatu kembali. Cairan dalam tanah menentukan baik tidaknya tanah tersebut untuk pertanian. Tanah yang baik memiliki batas cairan 60% atau tanah berada pada kondisi kapasitas lapang.
            Pada percobaan yang selanjutnya yaitu penentuan batas plastis tanah. Diketahui bahwa setelah tanah digulung dan dipisahkan dan berulang-ulang dilakukan hal yang sama didapatkan bahwa tanah pada lapangan basah memiliki tingkat plastisitas yang lebih tinggi. Ini diketahui dari penggulungan tanah, sampel tanah basah lebih lama dapat dibentuk, dipisahkan dan disatukan kembali. Sedangkan pada tanah dengan lapangan kering memiliki tingkat plastisitas yang lebih rendah.
            Dapat juga ditentukn dari tekstur tanah tersebut tanah basah memiliki fraksi liat  yang lebih banyak. Fraksi liat memiliki plastisitas yang tinggi. Tanah dengan plastisitas tinggi dalam keadaan kadar air rendah atau hisapan yang tinggi akan menarik air lebih kuat dibanding dengan tanah yang sama dengan kadar air yang lebih tinggi. Perubahan kadar air pada zona aktif dekat permukaan tanah, akan menentukan besarnya plastisitas. Pada zona ini terjadi perubahan kadar air dan volume yang lebih besar. Variasi peresapan dan penguapan mempengaruhi perubahan kedalaman zona aktif. Keberadaan fasilitas seperti drainase, irigasi, dan kolam akan memungkinkan tanah memiliki akses terhadap sumber air. Keberadaan air pada fasilitas tersebut akan mempengaruhi perubahan kadar air tanah. Selain itu vegetasi seperti pohon, semak, dan rumput menghisap air tanah dan menyebabkan terjadinya perbedaan kadar air pada daerah dengan vegetasi berbeda.




























V.                KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan

Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa:
1.      Sifat-sifat fisik tanah tergantung pada jumlah, ukuran, bentuk, susunan, dan komposisi mineral dari partikel-partikel tanah;. macam dan jumlah bahan organik, volume dan bentuk pori-porinya serta perbandingan air dan udara menempati pori-pori pada waktu tertentu.
2.      Tekstur tanah disini dapt didefinisikan sebagai perbandingan relative antara fraksi pasir, debu dan liat yang dinyatakan dalam persen.
3.      Dari praktikum ini diketahui tanah yang memiliki jumlah agregat mikro yang lebih besar dari pada agregat makronya, tanah tersebut lebih tidak mantap atau tidak stabil. Begitu juga sebaliknya jika agregat makronya lebih besar.
4.      Kadar air adalah jumlah air yang masuk kedalam tanah yang dinyatakan dalam persen.
5.      Indeks plastisitas disini mencakup tentang liquid limit atau batas cairan dan plastic limit atau batas plastis.


2. Saran

            Sebaiknya adanya penambahan alat dalam praktikum sehingga setiap kelompok dapat melakukan praktikum secara bersama dan perlunya perawatan terhadap alat-alat yang sudah ada.







DAFTAR PUSTAKA


Kartasapoetra,A.G dkk.  1991.  Dasar-Dasar Ilmu Tanah.  Reneka Cipta.Jakarta.
Hanafiah, kemas ali. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta.
Hardjowigno, Sarwono.  1995. Ilmu Tanah. Kanisus : Yogyakarta.
Sutanto,Rachman. 2005.  Dasar-daar Ilmu Tanah.  Kanisus: Yogyakarta.
Utomo, Hadi, dkk.1995. Hubungan Tanah, Air Dan Tanaman. Ikip Semarang Press.
             Semarang.
























RIWAYAT HIDUP


Nama               : Sartika
NIM                : 05081006006
Prodi               : Teknik Pertanian
Jurusan            : Teknologi Pertanian

            Terlahir ke dunia ini di desa kecil Pangkalan Gelebak, Banyuasin pada tanggal 12 April 1991 silam atas kehendak Allah SWT melalui hamba Nya, sepasang suami istri yang bernama Dul Manap dan Fatimah. Yang selalu senantiasa memberikan do’a mereka buat buah hati tercinta.
            Memulai kegitan pendidikannya di SDN Pangkalan Gelebak pada tahun 1996. Pada tahun 2002 melanjutkan pendidikannya di SMP Negeri 1 Rambutan. Dan kemudian melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 4 Palembang tahun 2005. Sekarang sedang menjalani studinya di Universitas Sriwijaya jurusan Teknologi Pertanian semester lima.
            Semua apa yang sedang dilakukannya ini semata demi cita-cita yang diimpikan dan ini semua dipersembahkan untuk membahagiakan kedua orang tuanya yang terkasih yang senantiasa memberikan dukungan motivasi agar kelak menjadi orang yang berguna dimanapun berada dan untuk siapapun.

1 komentar: